Monday, January 30, 2012

Opsss....

Oppsss... . jangan salah faham di antara cinta, sayang, suka dan minat... . Cinta - kita memang mengharapkan dia menjadi milik kita. Segala apa yang kita buat, kalau buleh nak dia tahu.. dan kita sebuleh mungkin tak nak sakitkan hati dia. kita akan sentiasa berfikir tentang dirinya. Sayang - kita memerlukan dia di masa kita mahukan seseorang untuk berkongsi rahsia dan kisah duka kita. selalunya kita akan sayangkan seseorang yang menjadi TELINGA kepada masalah kita. Suka - kita sukakan dia kerana dia kelakar. dia happy-go-lucky. bila bersama dengan dia, kita rasa nak tergelak sampai nak pecah perut. tapi, kita taklah rindu giller kat dia bila tak berjumpa seminggu... Minat - apa sesuatu pada dirinya yang menarik kita untuk mendekatinya. Ya Allah... Jika aku jatuh cinta, Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan Cintanya pada-Mu, Agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu..................... Ya Muhaimin.......... Jika aku jatuh cinta, Jagalah cintaku padanya, Agar tidak melebihi cintaku Pada-Mu........... Ya Allah, Jika aku jatuh hati, Izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya Tertaut Pada-Mu... agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta nafsu........... Ya Rabbani.. Jika aku jatuh hati, Jagalah hatiku padanya, Agar tidak berpaling pada hati-Mu... Ya Rabbul Izzati............. Jika aku rindu, Jagalah rinduku padanya, Agar tidak aku lalai merindukan syurga-Mu................ YaAllah................ Jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, Janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.............. Ya Allah............ Jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu............ Jangan biarkan aku bertatih dan terjatuh dalam perjalanan yang panjang menyeru manusia kepada-Mu............ Ya Allah, Jika Kau halalkan aku merindui kekasihmu, Jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu........... Ya Allah............... Engkau mengetahui bahawa hati-hati ini telah berhimpun dalam Cinta pada-Mu.......... Telah berjumpa untuk taat kepada-Mu, Setelah bersatu dalam dakwah –Mu , Telah berpadu dalam membela syariat-Mu........... Kukuhkanlah YA Allah ikatannya.. Kekalkanlah ikatanya, Tunjukilah jalan-jalannya......... Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tidak pernah pudar Lapangkanlah dada-dada kami denga keimanan kepada-Mu dan kerindahan bertawakal ke jalan –Mu ......................................Amin Ya Rabbal Alamin...............

Mengakhiri kehidupan (dunia), husnul khatimah

Assalamualaikum wr wb Allah berfirman, Bismillahirrahmaanirrahiim, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (berserah diri kepada Allah)" QS Ali Imran 102 "Tiap-tiap diri akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tiada lain kesenangan yang memperdayakan. Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak dan menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." QS Ali Imran 185-186 "Janganlah kamu mengira bahawa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan oleh kurnia Allah yang diberikanNya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahawa tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." QS Ali Imran 169-170 Maha benar segala firman Allah, yang tiada sekutu bagiNya. Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya), tidak mengantuk dan tidak tidur. KepunyaanNya segala apa yang ada di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izinNya? Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursyi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah maha tinggi dan maha besar QS Al Baqarah 255 Segala puji hanya bagi Allah atas segala kurniaNya yang begitu banyak berupa petunjuk, nikmat dan rahmatNya kepada kita semua. Oleh kerananya, tidak ada yang sesuai kita panjatkan kepada Allah kecuali ungkapan rasa syukur kita atas semua itu. Kerana perkenanNya pula kita masih dipertemukan kembali melalui wadah ini. Jika pada wadah yang lalu lebih banyak menyoroti akhir kehidupan yang su'ul khatimah (akhir yang buruk) sebagai suatu peringatan bagi kita, maka pada wadah kali ini lebih ditekankan dengan akhir kehidupan yang baik (husnul khatimah), agar kita berusaha dapat seperti itu ketika kematian datang menjemput kita. Namun selaku umat Nabi Muhammad salallahu alaihi wasalam, sayugianya sebelum membahas lebih dalam, dianjurkan bermohon semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau, seluruh keluarganya dan segenap sahabatnya, serta semua pengikutnya yang tetap setia memperjuangkan kebenaran Islam sebagai satu-satunya dien yang diredhai Allah, dimanapun dan sampai bilapun juga. Muslimin dan muslimat dimana sahaja berada, Konon, ada seorang sholeh yang biasa membaca Al-Quran 10 juz setiap hari. Satu hari, ia membaca surat Yaasiin, namun saat bacaannya sampai pada ayat : Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata QS Yaasiin 24, ia meninggal dunia. Para sahabatnya yang ada di sekitarnya hairan dan mereka berkata : "Orang ini termasuk orang sholeh selama hayatnya, tetapi mengapa hidupnya diakhiri dengan ayat : Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata" Setelah orang itu dikubur, salah seorang saleh di antara para sahabatnya bermimpi bertemu dengan orang yang telah meninggal itu. Sahabat ini bertanya :'Wahai sahabat, sesungguhnya kehidupanmu diakhiri dengan ayat : Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. Bagaimana keadaanmu sekarang di sisi Allah ?' Dia menjawab :'Setelah kalian menguburkanku dan meninggalkan aku seorang diri, datanglah dua malaikat dan bertanya kepadaku : 'Siapakah Tuhanmu ?' maka aku melanjutkan bacaanku : Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhanmu, maka dengarkanlah (pengakuan keimananku) itu. Dikatakan (kepadaku) : 'Masuklah ke dalam syurga', maka akupun berkata : Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan. QS Yaasiin 25-27 Dalam hadith riwayat Abu Daud dari Al Barra' bahawa ia berkata : "Kami bersama Rasulullah menghantar jenazah seorang sahabat anshar. Sesampainya di pemakaman, liang lahat belum selesai dibuat. Beliau lalu duduk, dan kamipun duduk di sekitar beliau dengan khusuk dan penuh khidmat seolah-olah di atas kepala kami ada burung. Setelah sejenak memandang ke atas langit lalu turun menatap ke bumi, berkali-kali beliau berdoa : Aku berlindung kepada Allah dari siksa kubur. Kemudian beliau bersabda : 'Begitu seorang hamba yang beriman meninggalkan dunia dan memasuki alam akhirat, ia langsung didatangi oleh malaikat yang langsung duduk di dekat kepalanya seraya berkata : Wahai roh/jiwa yang baik, jemputlah keampunan serta redha Allah. Maka keluarlah roh/jiwa itu dari jasad dengan sangat perlahan seperti air yang menitis dari mulut kendi, dan menebarkan aroma yang harum. Ia lalu dibawa naik oleh malaikat maut dan disambut dengan gembira oleh malaikat-malaikat penghuni langit yang dilaluinya. Setibanya di langit ke tujuh, Allah memerintahkan agar suratannya dicatat di Illiyyin. Tahukah kamu apakah Illiyyin itu ? (Iaitu) kitab yang tertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah) QS Al Muthaffifiin 19-21 Selanjutnya Allah menyuruh malaikat untuk mengembalikannya ke bumi, dengan alasan kerana ia diciptakan dari tanah, dikembalikan ke tanah lagi, dan dari tanah dikeluarkan sekali lagi. Setelah berada di bumi, rohnya dikembalikan ke jasadnya, muncul dua malaikat yang langsung membentaknya dengan keras. Setelah menyuruhnya duduk, kedua malaikat itu bertanya : 'Siapakah Tuhanmu ? Apa agamamu ? Dan siapakah nabimu ?'. Ia menjawab : 'Tuhanku Allah, agamaku Islam, dan nabiku adalah utusan Allah'. Malaikat bertanya : 'Apa yang diajarkan utusan Allah itu kepadamu ?' Ia menjawab : 'Beliau datang dengan membawa bukti-bukti kebenaran dari Tuhannya, maka kamipun percaya dan beriman'. Malaikat berkata : 'Kamu benar. Dan itulah makna firman Allah : Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. ' QS Ibrahim 27 Kemudian Allah menyeru dari langit :'HambaKu benar, sediakan untuknya hamparan serta pakaian dari syurga, dan perlihatkan tempatnya !' Tidak lama kemudian muncul amalnya yang menjelma dalam sosok seorang lelaki yang berwajah tampan, berpakaian sangat indah, dan wangian yang sangat harum seraya berkata : 'Bergembiralah kamu atas keredhaan Allah dan syurga abadi penuh nikmat yang disediakan untukmu'. Ia bertanya kepada lelaki itu : 'Siapakah engkau ini ? Wajahmu adalah wajah yang membawa kebajikan'. Lelaki itu menjawab : 'Inilah hari yang telah dijanjikan kepadamu. Aku adalah amalmu yang sholeh. Aku hasil ketaatanmu kepada Allah selama kamu hidup di dunia.' Mendengar jawapban itu ia lalu berdoa kepada Allah agar segera menurunkan kiamat, agar ia dapat berkumpul dengan keluarganya.''' Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah, Kisah dan hadith di atas tersebut memberikan informasi kepada kita tentang bagaimana kehidupan sesudah kematian terjadi bagi orang- orang yang mengakhiri kehidupan dunianya dengan akhir yang baik (husnul khatimah), sesuatu yang hanya dapat diyakini dengan keimanan, yang tentu akan disangkal oleh mereka yang hanya bergantung pada ratio dan pengetahuan akal manusia tanpa disertakandengan keimanan, sehingga mereka menganggap bahawa sesudah kematian segalanya selesai. Bagaimanakah kita dapat mengetahui bahawa orang yang menemui ajalnya itu dengan akhir yang baik atau akhir yang buruk ? Secara pasti jelas kita tidak tahu, namun Rasulullah memberikan penerangan kepada kita ciri-ciri orang yang menemui ajalnya itu dengan akhir yang baik atau yang buruk, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Buraidah bahwa Nabi saw bersabda : "Seorang mukmin itu meninggal dunia dengan kening basah". Dalam hadith lain yang diriwayatkan oleh Abu Abdullah, Tirmidzi dan Hakim dari Salman al-Farisi yang mengatakan bahawa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda : "Perhatikan tiga hal pada orang yang akan meninggal dunia. Jika keningnya basah, sepasang matanya berpeluh, dan hidungnya mengembang, maka itu adalah rahmat Allah yang turun kepadanya. Jika ia terpejam seperti anak perawan yang dicekik, kulitnya berwarna padam, dan sepasang sudut mulutnya berbuih, maka itu adalah azab Allah yang turun kepadanya". Dalam riwayat Baihaqi dan Thabrani yang bersumber dari Abdullah ibnu Mas'ud : "Kematian seorang mukmin itu ditandai dengan kening yang basah. Dosa-dosa yang masih tersisa diseka dengannya saat meninggal dunia". Sabda Rasulullah saw : "Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan sedang berbaik sangka kepada Allah" HR Bukhari dan Muslim dari Jabir Allah telah mengingatkan :"Sesungguhnya barangsiapa datang (kembali) kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka baginya neraka jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barangsiapa datang (kembali) kepada Tuhannya dalam keadaan beriman dan sungguh-sungguh telah beramal sholeh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat yang tinggi, syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang-orang yang bersih (dari kekufuran dan kemaksiatan)" QS Thaa haa 74-76 Meskipun saat ini kita masih dalam ketakwaan kepada Allah, namun di saat kematian datang, tidak menutup kemungkinan jika saat kita meninggalkan dunia ini dalam kekafiran (semoga hal itu tidak terjadi), kerana syaitan hadir pada saat kita menjelang ajal, yang akan berusaha memalingkan kita ke dalam kesesatan, sebagaimana Nabi saw bersabda : "Sesungguhnya ketika seorang hamba akan meninggal dunia, ada dua syaitan yang duduk berhampirannya; yang satu di samping kanan dan yang satunya lagi di samping kiri. Syaitan di samping kanan yang menjelma seperti ayahnya berkata kepadanya :"Wahai anakku, aku sangat sayang dan cinta kepadamu, kerana itu matilah memeluk agama Nasrani yang merupakan agama terbaik yang ada." Dan syaitan di samping kiri yang menjelma seperti ibunya berkata kepadanya :'Wahai putreaku, akulah yang mengandungkan kamu, yang menyusui kamu, dan yang membesarkan kamu. Kerana itu matilah kamu memeluk agama Yahudi yang merupakan agama terbaik dari semua agama yang ada'" HR Abu Hasan al-Qasi dalam ulasan Risalat Ibni Abi Zaid Oleh kerananya, di saat kritikal seperti itu, bacalah doa yang diajarkan Allah kepada kita melalui firmanNya : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan kurniakan kepada kami rahmat dari sisi Engkau" QS Ali Imran 8 Kemanapun kita pergi, dimana saja kita berada, siapapun kita, serta berapapun usia kita saat ini, kematian itu pasti datang menjemput kita sewaktu-waktu bila sudah sampai ajalnya, yang tidak kita ketahui hanya bila waktunya saja. Oleh kerana itu persiapkan diri kita untuk menghadapinya. Bukan kematiannya yang kita takutkan, tetapi godaan saat menjelang ajal dan kehidupan setelah kematian itulah yang kita khuatirkan, kerana muaranya kelak hanya dua tempat, iaitu syurga yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan, dan neraka yang penuh kesengsaraan dengan azab yang sangat pedih. Tentu semua manusia ingin mendapatkan syurga dan terhindar dari neraka, namun tidak semua manusia yang berhak mendapat syurga, kerana jalan hidup yang ditempuh selama di dunia menyimpang dari yang telah digariskan oleh pemilik syurga. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS Ali Imran 185-186; "Tiap-tiap diri akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tiada lain kesenangan yang memperdayakan. Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak dan menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." QS Ali Imran 185-186 Maka jika kita ingin mendapatkan syurgaNya, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kita mati kecuali dalam beragama Islam, dalam keadaan berserah diri kepada Allah, seperti diingatkan berkali-kali dengan firman Allah QS Ali Imran 102. Semoga kita mengakhiri kehidupan ini dengan baik, dan termasuk orang-orang yang gugur di jalan Allah, yang berbahagia mendapat kurniaNya, seperti pada firmanNya "Janganlah kamu mengira bahawa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan oleh kurnia Allah yang diberikanNya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahawa tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." QS Ali Imran 169-170 Sebagai penutup, mari kita berdoa kepada Allah seperti yang diajarkan olehNya : Ya Allah, sungguh kami telah mendengar seruan yang menyeru kepada iman : 'Berimanlah kamu kepada Tuhanmu', maka kami pun beriman. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan- kesalahan kami, serta matikanlah kami bersama orang-orang yang banyak berbuat kebajikan. Ya Allah, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui perantaraan rasul-rasulMu, dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat nanti. Sungguh Engkau sama sekali tidak akan pernah menyalahi janji. QS Ali Imran 193-194 Ku akhiri wadah ini, alhamdulillahi rabbil'alamiin. Wassalamualaikum wr.wb.

Monday, January 23, 2012

Siapa Sebenarnya Ustaz Azizan Abdul Razak (Menteri Besar Kedah) ?

KEDIAMAN Rumah dua tingkat di tepi jalan itu, sekilas pandang tiada satu pun kelihatan istimewa. Tiada bezanya dengan rumah-rumah sebaris dengannya. Bawahnya batu, menempatkan ruang dapur dan tamu. Tingkat atasnya kayu, tempat sepasang suami isteri beradu dan berkumpulnya anak menantu jua cucu. Pekarangannya agak sempit, cukup-cukup memuatkan dua buah kereta. Di pagarnya tersidai dua karpet kecil dan sebatang mop lantai. Sekelilingnya beberapa pokok sederhana besar ditanam, menghijaukan laman. Tiada kolam renang mahupun rekaan air terjun buatan yang melambangkan kemampuan penghuninya berbelanja besar, menghias kediaman. Sesiapa yang lalu-lalang, baik pejalan kaki mahupun pengguna jalan raya, pasti terlepas pandang dek kerana tiadanya nilai estitika ataupun kemuncak kemewahan yang mampu menarik perhatian. FOKUSKAN LENSA Lebih-lebih lagi pelancong atau orang luar, jika tidak diberitahu, mereka lalu begitu sahaja tanpa merakamkan atau memfokuskan lensa ke arah rumah itu. Namun, di situlah diamnya seorang pemimpin negeri. Di satu sudut rumah, seorang lelaki tanpa kaca mata, segak membetulkan songkok sejurus mengenakan kot cerah coklat dan mengikat tali leher merahnya. Kemudian dia duduk seketika, sambil menghirup kopi, minuman kegemarannya. Pagi itu, dia tidak sempat bersarapan, seperti kelaziman hari-hari lain juga. Jadualnya padat dan waktu yang singkat, adakala tidak upaya menjamah hidangan pagi. Itulah rutin yang dilaluinya, sejak hampir tiga tahun memikul amanah rakyat dan agama. Sekali hirup, beliau merenung jauh. Kini tidak sama seperti dulu. Malah dia terasa kehilangan sesuatu iaitu tidak dapat melakukan perkara yang disukainya sejak dulu. Rupanya dia merindui untuk ke pasar secara sendirian membeli ikan dan bersembang panjang dengan masyarakat di warung kopi atau di kedai makan! MENUNGGU ARAHAN Lamunannya terhenti tatkala, seorang pengawal peribadi muda memaklumkan semuanya telah siap siaga menunggu arahan selanjutnya. Di luar sana, kereta peronda bersama polis pengiring bermotosikal, sudah terpacak setia. Di tepi laman rumah dua buah kereta rasmi kerajaan, dua pemandu beserta empat pegawai lelaki kemas berpakaian kemeja lengan panjang berdiri di sisi pintu, menghormati dia, Dato' Seri Ustaz Azizan Abdul Razak selaku Menteri Besar Kedah mendahului pergerakan semua. Tepat jam 8.00 pagi itu, pasukan pengiringnya bersama pemimpin negeri itu bergerak ke satu lokasi,jauh di pendalaman di mana majlis besar dihadiri ribuan rakyat yang sudah menunggu tanpa jemu. Di sana, rakyat sudah tidak sabar menantikan amanatnya. Gurau dan seloroh Menteri Besar mereka itu, seringkali mencuit hati. Tanpa laras bahasa yang sukar, menggunakan ayat-ayat bersahaja, beliau bijak dalam mencernakan dan mencanaikan ucapannya agar mudah difahami semua. Baik isu ekonomi, sosial, agama, politik, pendidikan mahupun undang-undang, Ustaz Azizan tahu apa yang diperkatakan. Tidak sekadar membaca teks, beliau benar-benar faham apa yang diluahkan. Sesekali beliau menggunakan metafora, analogi dan contoh-contoh sekeliling, untuk mencantas atau menjelas letak duduknya sesuatu perkara. "Saya ini umpama ketam batu. Sekali saya sepit ekor beruk, pasti menggelupur. Jangan cabar saya kembali ke perangai lama, nanti saya bongkar habis semua ...!" Seusai berucap laungan takbir bergema dengan iringan tepukan gemuruh, menghangat suasana malam itu sewaktu berceramah di Kompleks PAS Kedah di Kota Sarang Semut dengan disaksikan puluhan wartawan dan pengamal media dalam dan luar negara. ACAH-ACAH LAWAN Kehadiran 10,000 hadirin semata-mata mahu mendengar petikan dan amaran Ustaz Azizan yang tak mungkin dilupakan berhubung isu Adun Lompat beberapa bulan lalu, akibat diacah-acah lawan bagi mencalarkan imej bersih dan amanah yang galas beliau selama ini. Itu cerita dan kehebatan Ustaz Azizan bersilat dalam gelanggang ceramah. Lain pula kisahnya ketika dia menggulung hujah dan menepis segala jurus-jurus lawan yang dihalakan kepadanya ketika Sidang Dewan Undangan Negeri Kedah. "Soalan itu seolah-olah menghina bidang kuasa Sultan. Tarik balik soalan itu!" kata seorang Adun Pembangkang daripada Barisan Nasional dengan penuh emosi berang. Tanpa membuang masa, Azizan bangun mencelah: "Perkataan 'seolah-olah' bukanlah ayat yang jelas atau mempunyai bukti. Jika di mahkamah, perkataan ini tidak terpakai sama sekali". Hujahnya tepat, menyiku lawan. Beliau sudah lama dan sebati dengan Dewan. Undang-undang dan peraturan mesyuarat, umpama 'zikir' di bibirnya. Dia yang paling lama sebagai Adun Pembangkang dan kini beralih kuasa di tangan, beliau memegang tampuk pemerintahan. Bukan sembarangan Ustaz Azizan ini. Berwatak sederhana dan bersahaja. Anak kelahiran kampung Sungai Limau, yang diasah sopan, akhlak dan pendirian. Bijak berilmu sehingga melanjutkan pelajaran ke University Of Kent, Canterbury, United Kingdom, pengkhususan dalam bidang perlembagaan. Tak mudah lawan atau musuh menyerangnya bertubi-tubi kerana tajinya sangat tajam. Tidak cukup dengan itu, pengikut dan anak muridnya terlalu ramai. Masakan tidak, beliau dulu adalah seorang tenaga pengajar di Maktab Mahmud, Ketua Jabatan Syariah di Universiti Kebangsaan Malaysia, dan pensyarah Universiti Islam Antarabangsa (UIA). Tidaklah berhasrat menceritakan fakta-fakta, statistik atau angka-angka kejayaan pimpinan Ustaz Azizan ini berkaitan bab peningkatan hasil balak, pengurangan kadar jenayah, percambahan projek pertanian atau apa sahaja, kerana ia sudah terang lagi bersuluh. Risalah, berita, dokumentasi, rakaman dan cd-vcd sudah bercambah dan sentiasa memenuhi ruang galeri. BANGUNKAN INSANIAH Memadai diceritakan antara kejayaan Ustaz Azizan bersama kerajaan Pakatan Rakyat ini ialah berjaya membangunkan Kolej Universiti Insaniah dengan penambahan bangunan baru di Kuala Ketil dan peningkatan mata pelajaran yang ditawarkan. Sebelum ini, selama 12 tahun di bawah kerajaan lama, hanya 7 subjek ditambah sedangkan di kala pemerintahannya selama dua tahun ini, sudah 42 subjek baru diperkenalkan. Sebenarnya beliau bukan seorang pemimpin yang suka melakonkan watak atau berlakon di hadapan lensa malah cukup keberatan untuk dikutip kisah perjuangan sepanjang hayatnya. Dia pernah menolak diwawancara Harakah secara eksklusif Harakah, walaupun beliau amat sayang akan organ parti ini dan pernah memegang jawatan Pengarah Urusan Harakah. Katanya kepada saya, ketika melaporkan diri sebagai Ketua Wartawan Harakah Negeri Kedah awal tahun ini, beliau lebih suka bersikap merendah diri dan kurang menggemari publisiti berbentuk sensasi. "Takpalah...Azamin. Biar saya 'low profile' dan buat kerja-kerja macam biasa. Azamin buatlah kerja dan duduklah elok-elok di sini ya," katanya bernada rendah menyinggah hati nurani. Dan sejak itu saya memerhati dari jauh dan mengekorinya tanpa disedari. Tidak pernah saya mendekatinya dengan lebih rapat lagi bimbang-bimbang disalah erti. Sehinggalah selepas tujuh purnama saya di sini, beliau buat pertama kalinya menjemput saya ke rumah. Berbual santai, sembang-sembang hal keluarga dan menitipkan luahan hatinya tentang pergolakan politik semasa. Dulu bermacam-macam nista dipalit kepada Ustaz Azizan. Tidak mesra, tidak pandai ceramah, ego dan bengis kata mereka yang tidak puas hati dengan Pesuruhjaya PAS Kedah yang juga Adun Sungai Limau ini. Namun setelah dua kali berbual mesra dan mengikuti segala aktiviti serta program beliau selama tujuh bulan ini, nyata tusukan dan cacian itu, tidak benar dan hanya fitnah semata. AMAT TEGAS Ini tidaklah bermakna, dikesampingkan warna sebenar, perwatakan beliau. Ustaz Azizan sememangnya seorang yang amat tegas terutama melibatkan tugasan dalam parti mahupun kerajaan negeri. Bekas pensyarah kehormat di Universiti Mindanao ini juga tidak suka kerja "cincai-bomcai". Baginya semua 'perfect' dan 'zero-defect'. Tidak kurang kakitangan atau petugas parti yang menerima terjahan teguran dan kritikan daripadanya. Katanya setiap tindakan memberi kesan kepada agama dan perjuangan parti yang dibawa. Yang akan menerima tempias ialah, Islam dan PAS. Betapa seriusnya Ustaz Azizan mentadbir parti sehingga adakalanya bermesyuarat sampai malam dan sesekali beliau mengejutkan para pegawainya yang sedang lena diulit mimpi, untuk berkumpul di rumahnya lewat tengah malam bagi membincangkan isu amat genting. Pernah sekali, walaupun pintu tertutup rapat, saya mendengar beliau berang memarahi seseorang kerana kelemahan menyelesaikan tugas yang diberi. Gamam juga saya yang kemudian beransur beredar perlahan-lahan daripada pejabat Menteri Besar itu sebelum menambah lagi murka. Akan tetapi ironinya, puncak kemarahannya hanya di bucu empat penjuru biliknya sahaja. Selepas melintasi ruang legar atau di luar bilik itu, beliau akan bersikap sediakala malah orang yang dimarahinya, boleh berbual dan makan semeja dengannya. CUKUP BERANG "Paling pantang, ada orang minta projek daripadanya. Dia juga cukup berang jika sesuatu itu harganya amat mahal dan tidak munasabah. Dia begitu teliti dan cerewet tentang duit," kata seorang kakitangan kerajaan negeri tentang sikap MB Kedah itu terhadap perbelanjaan dan peruntukan kewangan. Selain itu beliau turut mengarahkan semua Exco Kerajaan negeri, melalui potongan gaji, menyumbang dana ke Tabung Tunku Mahmud, bagi tujuan kebajikan untuk rakyat Kedah. Ya, memang tidak disangkal, Ustaz Azizan begitu cermat bila masuk bab wang kerajaan. Sikapnya itu sudah tidak menjadi rahsia lagi bahkan sebelum beliau bergelar Menteri Besar lagi. Malah tidak pernah campur adukkan antara wang kerajaan negeri dengan wang milik parti. Apatah lagi dalam hal ehwal lantikan kuasa atau jawatan, Ustaz Azizan, bapa 14 orang anak ini tidak pernah menggunakan kuasa yang ada untuk menawarkan pekerjaan kepada anak-anaknya di pejabat kerajaan negeri sungguhpun diketahui ada antaranya yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, kata satu sumber rapat dengan MB Kedah itu. Ketika mula-mula mengangkat sumpah sebagai pemimpin negeri Mac 2008 yang lalu, rumahnya tidak mempunyai pagar. Kosong dan lapang begitu sahaja. Namun atas nasihat Unit Perancang Ekonomi (UPEN) demi faktor keselamatan, Ustaz Azizan bersetuju dengan cadangan mereka supaya membina pagar rumah dan pondok pengawal. Bagaimanapun, beliau tidak mahu menggunakan peruntukan kerajaan negeri sebaliknya membina menggunakan duit sendiri. Sejak dua tahun lebih menjadi MB, beliau tidak pernah ke luar negara walaupun pernah dijemput oleh gabenor jiran senegeri iaitu Thailand. Menjelang Ramadan ini, khabarnya kali pertama beliau mahu akan ke negara Timur Tengah, setelah lama mendiamkan diri melaksanakan tanggungjawabnya di sini. Beliau sebenarnya tidak mahu, dianggap memoncah dalam berbelanja dan dilihat membuang masa serta bersuka ria ke sini sana lebih-lebih lagi ke luar negara. Hatta dalam berbelanja untuk kegunaan sendiri pun, Ustaz Azizan cukup sederhana dan bersikap berpada-pada. HARGA KEMEJA MB Bagi membeli pakaian, beliau akan ke sebuah kedai cina di Simpang Empat, Kangkong dan sebuah kedai di Pulau Pinang bagi membeli baju-baju kemeja yang diminatinya dan kedua buah kedai ini, merupakan kedai pakaian kegemarannya sejak dulu lagi. Dan lebih mengujakan, ada antara kemeja-kemeja yang dibelinya di sini, yang dipakai ketika majlis rasmi ataupun sewaktu bertugas rata-ratanya sekitar RM19.00 sahaja! Pernah pentadbiran kerajaan negeri berhasrat melupuskan atau menjual kenderaan rasmi Menteri Besar dua buah kereta Mercedes lama plat nombor KY12 dan KN 2000, akibat terlalu teruk kerosakannya namun dihalang Ustaz Azizan yang meminta dibaiki dan akhirnya dipakai semula oleh beliau sendiri. Tidak cukup dengan itu, jika ada urusan rasmi di Kuala Lumpur atau ke mana sahaja di negara ini,beliau tidak pernah menaiki kapal terbang sebaliknya menggunakan jalan darat semata. Ustaz Azizan 'tahan' berjam-jam dalam kenderaan untuk ke lokasi yang jauh. Kata juruiring dan pengawal peribadinya, beliau tidak akan singgah di sepanjang perjalanannya seperti dari Alor Setar ke Kuala Lumpur sehinggalah tiba ke destinasi yang dituju. Malah masa bertolak dan pulang tidak tentu masa, adakalanya tengah malam atau menjelang subuh. Selain mengurangkan kos, beliau berasa selesa dan bergerak ke sini sana bertemu sesiapa sahaja menggunakan kereta. Cuma sesekali dijemput Tuanku Sultan Kedah untuk menaiki pesawat peribadi Boeing 737, beliau tidak upaya menolaknya. HUBUNGAN DENGAN ISTANA Bercerita pula hubungannya dengan istana, ustaz Azizan sememangnya terkenal dengan sikap hormatnya kepada Sultan dan institusi raja-raja. Kerana itulah, setiap hari Rabu, di awal pagi sebelum mesyuarat exco kerajaan negeri, beliau akan mengadap Sultan Kedah, untuk melaporkan perkembangan dan perjalanan urusan kerajaan. Bukan itu sahaja, MB Kedah ini akan mengiringi Sultan Kedah di lapangan terbang sama ada ketika baginda bertolak mahupun pulang daripada luar negara. Biarpun sekadar 5 ke 10 minit cuma bersua dan mengiringi baginda, tanda hormat yang ditunjukkan kepada Sultan amat tinggi. Lazimnya, para pemimpin negara atau negeri akan menginap di hotel mewah khususnya di Kuala Lumpur bagi urusan-urusan rasmi. Bukan seorang perbelanjaan yang ditanggung, malah melibatkan para pegawai, setiausaha, petugas, pemandu dan pegawal peribadi Tidak seperti Ustaz Azizan, bagi mengelakkan pembaziran, beliau menyewa sebuah rumah tiga bilik di lokasi yang dirahsiakan di ibu kota untuk didiaminya bersama para petugas. Betapa cermatnya dan bayangkan apabila perbelanjaan menginap di hotel yang boleh mencecah RM80,000 sebulan dapat dijimatkan! Menarik cerita MB Kedah ini ketika berada di rumah sewanya itu. Saya bertanya makanan kesukaan beliau dan kata pegawainya sekiranya lapar, lewat malam Ustaz Azizan meminta pegawainya membungkus Roti Arab kuah Dal atau seperti selalunya, hanya meminta mereka memasakkan mee segera untuknya! Jika di Kedah pula, beliau suka hidangan gulai masam ikan dan ulam-ulaman disajikan. Dan tatkala melawat kawasan kampung di sekitar Kedah bagi tujuan rasmi ataupun tidak formal, masyarakat rata-ratanya sudah tahu makanan kegemaran beliau dan menghidangkannya setiap kali beliau menziarahi penduduk di situ. Manakala kalau di rumah, sebelum waktu tidur jam 10 malam, Ustaz Azizan suka berbaring di sofa panjang sambil membaca buku-buku atau kitab-kitab tafsir. Itu hobinya sejak dulu lagi. Kadang-kadang asyik membaca, beliau boleh terlena di situ. Minatnya pada buku sukar disangkal. Presiden PAS Dato' Seri Hadi Awang juga, ada masa meminta Azizan menyemak buku tulisannya sebelum diterbitkan. SAMPAI KULIAH Jika berkesempatan, beliau meneruskan kesinambungan dakwah dengan menyampaikan kuliah yang selalunya diadakan di Kompleks PAS ataupun Kediaman Rasmi MB di Seri Mentaloon setiap Jumaat. Bukan sedikit pengikut atau yang minta mendengar kuliah yang disampaikan, dan ada masa bergilir dengan Timbalan Mursyidul Am PAS Dato' Haron Din. Ya, beliau tidak mahu menetap di Seri Mentaloon yang gah laksana istana itu tetapi menjadikan bangunan luas itu untuk dimanfaatkan oleh rakyat bagi apa jua program pembangunan Insan ataupun majlis-majlis rasmi, tanpa dikenakan sebarang bayaran. Sikap Ustaz Azizan terhadap rakyat, kawan dan lawan sudah menjadi buah mulut orang. Mereka amat kenal gerak gaya dan perangai Menteri Besar mereka yang cukup mesra dan suka berseloroh. Beliau jarang menghampakan orang, bahkan tetamu yang menjengah ke rumah ataupun ke pejabatnya sama ada melalui temujanji ataupun yang datang secara spontan. Saya sendiri pernah, menyaksikan serombongan 10 artis serta 40 krew produksi sebuah drama yang menjalankan penggambaran di Kedah diraikan oleh Azizan di Seri Mentaloon dengan jamuan makan tengah hari. Biarpun rombongan itu terlewat satu jam sedangkan MB mempunyai acara di lokasi yang lain, Ustaz Azizan masih sabar menunggu dan melayan tetamu, membuat kebanyakannya malu tersipu. Bukti, pemimpin parti Islam ini sentiasa terbuka kepada sesiapa sahaja. Selain itu, Ustaz Azizan sering mempamerkan keprihatinannya terhadap masalah dan kebajikan rakyat. Buktinya, sejurus selepas mengadap Sultan Kedah, beliau dengan lengkap berpakaian baju melayu bergegas ke tempat kejadian setelah dimaklumkan terdapat 14 buah kedai hangus terbakar di Sungai Limau sewaktu cuti Tahun Baru Cina tempoh hari. Beliau tiba, ketika api sedang naik menjulang sambil memerhatikan bomba dan sukarelawan memadamkan kebakaran malah datang sekali lagi keesokan harinya bersama Tengku Bendahara Kedah, menyampaikan sumbangan derma kilat kepada mangsa. Begitu juga dengan kejadian ribut kuat di Kuala Ketil yang melibatkan lebih 300 penduduk mengalami kerosakan kediaman, yang mana sehari selepas kejadian, Ustaz Azizan tiba awal dengan pasukan rombongannya menyampaikan sumbangan derma. MATI RENTUNG Ada satu kisah ketika, alam perjalanan pulang dari Kuala Lumpur kerana urusan mesyuarat, beliau mendapat khabar sebuah keluarga Cina di Jitra yang kehilangan dua orang anaknya akibat mati rentung. Kisah menyayat hati itu, dilaporkan semua media. Beliau kemudian lantas ke tempat kejadian, tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu. Ustaz Azizan tiba menyampaikan sendiri bantuan dan duduk bersama kedua ibu bapa kanak-kanak tersebut sambil cuba mententeramkan kesedihan mereka tatkala jenazah keduanya masih berada dalam keranda dan belum dikebumikan. Selain itu, jika tetamu yang hadir atau membuat kunjung hormat, Ustaz Azizan akan melayan dan meraikan mereka sehabis mungkin sehinggakan beliau meneliti terlebih dahulu menu makanan yang bakal dihidangkan supaya para tetamunya mendapat sambutan yang terbaik. Jika tiada acara lain, beliau lebih suka makan di dalam pejabatnya bersama staf mahupun para pegawai, di samping mengeratkan hubungan kekeluargaan dengan warga kerja di Wisma Darul Aman itu. Bukan sediki t yang sudah bertandang ke pejabatnya, daripada beberapa Menteri Pusat, para kedutaan, korporat atau konglomerat, guru, pelajar, bomba dan aneka ragam sehinggalah makcik pakcik dari kampung. Semua teruja dan mahu bertemu pemimpin disegani ini. Biarpun beberapa media adakalanya cuba menconteng arang, tetapi secara purata dan majoriti, ramai yang tidak termakan racun hasutan. Semua telah menjadi saksi kepala. Tinjaun rambang yang dibuat, semuanya amat menyukai corak pentadbiran Azizan dan jika kekal begini, maka berputih matalah, mereka yang berhasrat atau mahu merujuk kembali kuasa yang sudah lama berpisah dari diri. Walaupun media melaporkan songsang, hakikatnya pengamal media arus perdana dan alternatif di Kedah, menganggap Ustaz Azizan seorang yang mesra media. Beliau amat kenal seorang demi seorang wartawan yang membuat liputan. Ingatannya tajam. Bukan itu, sahaja, AUstaz zizan akan menjawab semua soalan yang ditujukan dengan pancungan hujahnya yang bernas. PERANGKAP WARTAWAN Tetapi awas, bagi sesiapa yang tidak bersedia atau cuba 'menggoreng' fakta, akan menerima padah daripadanya yang cukup arif selok belok perangkap wartawan. Ada masa bidasan jawapan cukup pedih sehingga wartawan begitu berhati-hati mengelak serkap jarang. "Sekarang ini Kedah tak ada air, macamana Dato' Seri? tanya seorang wartawan arus perdana yang dilihat cuba-cuba memprovokasi beliau. "Kamu ni mandi tak pagi tadi?" tanya Ustaz Azizan pantas, kemudian dijawab 'ya' oleh wartawan itu, bagi mengelak dirinya dikatakan tidak mandi atau berbau busuk. "Kalau begitu, macamana kamu kata tak ada air. Kamu mengaji Universti mana? Kan sekarang ni musim kemarau dan seluruh negara ada masalah kekurangan air. Ini urusan Allah SWT, jadi kita mohonlah doa, supaya hujan," katanya membuat wartawan itu terdiam seribu bahasa. Sebenarnya setiap kali, sidang media di pejabat Menteri Besar, seminggu sekali adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh pengamal media. Bukan setakat mendapatkan berita, tetapi lebih kepada kemesraan hubungan serta bergurau senda dengan Ustaz Azizan, yang menganggap para wartawan sebagai sebahagian daripada keluarganya. JADI PENTERJEMAH Jika sidang media dibuat dengan para duta atau diplomat asing, Ustaz Azizan lazimnya bertindak sebagai penterjemah dalam bahasa Inggeris dan membantu media menjelaskan jawapan. Selain asakan fitnah lawan, beliau juga sering dilambakkan dengan segunung harapan oleh penyokong parti dan rakyat negeri supaya melakukan perubahan besar-besaran agar nampak hebat dan boleh dipandang semua, tetapi tidak pernah melatah. Beliau bukan seorang yang gopoh dalam mengatur langkah. Kata seorang ustaz menjawat exco pemuda negeri, Ustaz Azizan bukan seorang yang 'ghairah' berceramah atau suka menunjuk aksi di sana sini, baik sebelum menjadi MB ataupun kini. Beliau sering mengutamakan jentera parti, memantapkan sistem dan pentadbiran kerajaan negeri. RAMADAN Ada kisah menarik perhatian saya, ketika dititipkan semula pegawai khas MB tentang satu usaha kejadian sabotaj yang dilakukan pihak lawan sekitar Ramadan tahun lalu. Waktu itu, di masjid-masjid telah teredar ribuan risalah palsu yang menyatakan bahawa Ustaz Azizan selaku MB Kedah akan memberi sumbangan wang saku untuk Hari Raya kepada rakyat Kedah. Esok paginya lebih 300 orang memenuhi pekarangan pejabat MB bagi menuntut apa yang dijanjikan seperti yang dicanang risalah palsu itu. Ustaz Azizan yang baru tiba ke pejabat, hairan dan terpinga dengan kehadiran orang ramai itu, lantas memanggil para pegawainya menjelaskan apa yang berlaku. Anda tahu keputusannya? Jika dilihat perwatakannya yang bengis dan tegas itu, ramai boleh mengagak tindakan selanjutnya. Namun yang berlaku adalah sebaliknya! Ustaz Azizan berasa simpati pula dengan orang ramai yang tertipu dengan risalah itu. Lebih menghibakan beliau, ada bersusah payah datang dari jauh, hulu kampung, semata-mata berharap dan bergantung ihsan sumbangan yang dihebahkan palsu itu. Lantas beliau mengarahkan para pegawainya mengagihkan wang sebanyak RM50.00 seorang kepada semua yang hadir dan wang yang dikeluarkan itu datangnya daripada poketnya sendiri! TERTIKAM MATA SENDIRI Akhirnya permainan muslihat lawan, tertikam mata sendiri. Perbuatan keji yang diharapkan dapat menusuk dan mencincang imej Azizan atau nama busuk parti bertukar pujian melangit atas sifat pemurah pemimpin itu. Rupanya, kilasan dan serangan lawan melukakannya pun belum tentu! Begitulah kehebatan seorang Azizan yang tiada duanya, yang mampu dinukilkan semoga bisa merungkai kekeliruan dan tuduhan tak bermata terhadapnya selama ini. Sesungguhnya rakaman dua tahun lebih, kelibat keperibadian beliau, tidak mampu dikarang berkajang-kajang. Hanya selembar kisah, secebis cerita untuk tatapan semua untuk mengenali, cuba mendekati dan mencontohi sikap beliau, yang jauh di mata dekat di hati. Moga mendoakan, agar kepimpinannya berpanjangan dan sekiranya berterusan, maka mudahlah saya menyudahkan cerita 1001 macam di sebalik tabir Ustaz Azizan Razak ini.

YA !! SAYA...

"Woi budak kelas 5A", jerit Daud, seorang remaja lelaki berwajah Pan-Asia. Seorang lagi remaja lelaki yang tidaklah seberapa kacak namun cukup mata, mulut, hidung, telinga dan berambut menoleh ke arah suara panggilan itu. "Ape die?", sahut Ahmad, satu-satunya pelajar 5A yang sedang berada di kelas 5A+ itu. Kerana Ada Mengapakah Ahmad menyahut panggilan Daud tersebut? Sedangkan bukan namanya yang sedang di sebut. Yang disebut adalah 'budak kelas 5A'. Ya. Tidak lain dan tidak bukan tentulah kerana sebutan panggilan tersebut ada kena mengena dengan dirinya. 'Budak kelas 5A' tersebut ada perkaitan dengan diri Ahmad. Ada hubungan dengannya, ada pertalian dengannya, ada kena-mengena dengan dirinya dan ada hati terhadapnya. Ketahuilah "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan dengan puasa itu kamu bertakwa" (Al-Baqarah (2) : 183) Allah sedang memanggil dan menyeru 'orang-orang yang beriman' untuk berpuasa dengan sebenar-benar pengertian puasa. Menahan diri dari keinginan syahwat, menahan dari makan, menahan dari minum, menahan nafsu, hanya keranaNya. Agar nanti mudah-mudahan di penghujung puasa yang dilakukan, mereka yang menyambut panggilan tersebut akan bertakwa. Daripada Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w bersabda bahawa Allah s.w.t. berfirman "Maka sesungguhnya puasa adalah bagiKu dan Akulah yang membalasnya, selagi mana dia meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya kerana Aku, puasa adalah perisai dan bagi orang yang berpuasa itu dua kegembiraan iaitu ketika dia berbuka dan ketika dia bertemu Tuhannya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi" (Riwayat al‐Bukhari) Namun, Allah tidak menyebut mana-mana nama. Tidak Muhammad, tidak Abu Bakar. Bukan Lim, bukan Xiangjia, bukan juga Justin. Tidak nama saya, bukan nama anda dan bukan kita semua. Allah memanggil dan menyeru segolongan manusia. Iaitu mereka yang menggolongkan diri mereka ke dalam golongan 'orang-orang yang beriman' Dan hanya mereka yang ada perkaitan dengan panggilan tersebut, ada hubungan dengannya, ada pertalian dengannya, ada kena-mengena dengan dirinya dan ada hati terhadapnya sahaja yang akan menyahut panggilan tersebut. Maka, terpanggilkah kita dengan panggilan Allah itu? Menyahutkah kita dengan seruan Allah tersebut? Tanyakanlah pada akal yang waras dan pada hati yang sedar. Perkongsian darimu, bermakna buatku. Terima kasih.

Jangan Dah Kena Baru Nak Akui Hak-Nya

"BODAH!! BONGANG!! BABO!! " "Kau ni apesal mencarut-carut ni Ijal? Daripada mencarut tak tentu hala tu, lebih baik kau beristighfar.." "Huh! Hmmmph... Fuuuuhh... Astaghfirullah. Astaghfirullah." "Ha.. Dah tenang sikit? Cuba cerita sikit dekat aku apa masalah kau Ijal." "Kereta aku kene curi! Kereta aku kene curi, Arul!" "Erk.. Innalillah. Bila?" "Pagi tadi masa aku nak hantar anak-anak aku pergi sekolah, baru aku perasan kereta aku tu dah lesap. Sejak aku dah renovate rumah, tambah bahagian depan, dah takde tempat untuk aku letak kereta dalam rumah. Jadi aku letak kat luar pagar, betul-betul depan rumah. Aku dah kunci habis semua, tapi masih juga kene curi. Aku datang pejabat ni pun naik teksi. Geram betul aku!!" "Ishk.. Kau dah buat laporan polis?" "Belom lagi. Tu yang aku datang pejabat dulu ni. Nak minta kau tolong temankan aku. Tak pun tolong pinjamkan kereta kau sekejap. Lepas buat laporan aku ingat nak jalan-jalan dulu tengok-tengok, manalah tau dapat jumpa kereta aku." "Takpela Ijal, biar aku temankan kau. Jap, kita bagitau bos dulu." "Ishk... Aku dapat pencuri tu, memang aku kerat 10 dia!!" "Marah betul kau ni Ijal." "Memang marah!! Tu jela kereta yang aku ada, Arul. Sport rim baru je aku tukar Sabtu lepas, minyak baru je aku isi penuh. Tu la kereta yang aku guna untuk hantar anak-anak aku pergi sekolah, hantar orang rumah aku pergi kerja, aku pergi kerja, balik kampung. Dah macam nyawa kepada keluarga aku." "Sampai nak kerat 10?" "Comfirm! Kalau aku dapat, memang aku takkan lepas!" ***** Dua Tahun Sebelumnya "Aku rasa hukum hudud tak patut dilaksanakan. Tak sesuai dengan keadaan kita kat Malaysia ni. Sesiapa yang membangkitkan nak laksanakan hukum hudud ni hanya orang bodoh dan berfikiran sempit" "Ishk. Kenapa pulak kau cakap macam tu Ijal?" "Hudud ni kejam sangat. Kau tengok, mencuri je potong tangan. Kalau dah potong tangan, macam mana dia nak teruskan kehidupan? Sekarang realiti zaman dah berubah. Kita boleh cuba bagi dia kerja kalau dia mencuri sebab tidak bekerja. Penjara pun dah cukup untuk menyedarkan mereka ini." "Tapi hudud ni ditentukan oleh Allah, sesuai untuk setiap zaman dan keadaan. Ia adalah hak Allah Ijal!" "Tapi aku masih melihatnya sebagai kejam Arul! Kejam!" "Ilmu Allah itu Maha Luas dan tidak terbatas Ijal, tak terjangkau oleh ilmu manusia." "Tuhan juga yang bagi kita akal untuk kita gunakan. Kita boleh gunakan untuk menghasilkan kreativiti dan inovasi bagi menyesuaikan hukumNya mengikut peredaran masa dan keadaan." "Hudud ini adalah hak Allah! Dia yang tentukan, dan kita melaksanakan. Kitalah sepatutnya yang harus tunduk menyesuaikan masa dan keadaan mengikut hukum Allah. Bukan sebaliknya Ijal!" "Kau jangan nak mempersoalkan kepercayaan aku Arul! Kau cuba tengok, negara kita negara berbilang bangsa dan agama. Bukan hanya Islam sahaja yang tinggal kat negara kita. Melaksanakan hukum ini hanya akan menghuru-harakan negara kita! Agama lain takkan dapat terima Arul!" "Kenapa pula nak huru-hara? Hudud ini adalah untuk menjaga keamanan seluruh manusia daripada kezaliman manusia yang lain. Kita boleh fahamkan agama lain. Namun, kita umat Islam perlu terlebih dahulu yakin dan percaya dengan hukum Allah ini sebelum dapat mempercayakan orang lain!" "Kau ekstrimis agama Arul! Ekstrimis yang tak pernah terbuka kepada pendapat orang lain. Negara kita akan berpecah-belah kerana ekstrimis agama yang macam ini!" ***** Selepas Membuat Laporan Polis "Kau dah berubah Ijal?" "Berubah? Berubah apa Arul?" "Kau dah menyokong hudud sekarang ni." "...." "Tak kesian ke kat pencuri kereta kau?" ".... Bukan aku tak kesian tapi..." "Tapi geram? Marah? Kau terasa dizalimi, bukan? "...." "Hudud tidaklah sampai kerat 10. Hanya kerat sebelah pergelangan tangan. Itu pun dengan syarat yang ketat, teliti dan rapi. Bukan untuk menyeksa tetapi untuk menegakkan keadilan buat masyarakat disamping mendidik pencuri dan seluruh manusia lain agar jangan terjebak dengan kecurian". "...." "Hudud juga membantu orang yang dizalimi agar tidak pula menzalimi. Mungkin yang dizalimi itu tidaklah akan pergi melakukan kezaliman mencuri, tetapi hukum Allah, hudud melindungi yang dizalimi itu daripada melakukan kezaliman mengerat 10!" ***** Setelah terkena batang hidung sendiri, barulah ramai manusia yang sedar betapa relevannya hukum Allah. Janganlah apabila hak Allah dicabar kita hanya diam. Tetapi apabila hak kita sendiri tercabar, barulah kita marah. Jangan hanya apabila kita atau keluarga kita menjadi mangsa curi, rompak ragut, zina dan rogol... barulah kita menyokong hukum Allah! Janganlah sesudah tersungkur baru kita mahu akur. Inspirasi daripada buku "Beduk Diketuk" Bab Sudah Tersungkur Baru Akur tulisan Pahrol Muhamad Juoi. Perkongsian darimu, bermakna buatku. Terima kasih.

Di Zaman Apa Kita Berada ?

Dari Nukman bin Basyir, katanya… "Suatu ketika kami sedang duduk-duduk di Masjid Nabawi dan Basyir itu seorang yg tidak banyak bercakap." Datanglah Abu Saklabah lalu berkata "Wahai Basyir bin Saad, adakah kamu hafaz hadis Rasulullah tentang para pemerintah?" Huzaifah radhiAllahu `anhu lalu segera menjawab. "Aku hafaz akan khutbah Rasulullah sollallahu `alaihi wassalam itu." Maka duduklah Abu Saklabah Al Khusyna untuk mendengar hadis berkenaan. Maka kata Huzaifah radhiAllahu `anhu, Rasulullah sollallu `alaihi wassalam telah bersabda:- “Telah berlaku zaman kenabian keatas kamu, maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian berlakulah zaman khalifah (Khulafaur Rasyidin) yang berjalan sepertimana zaman kenabian. Maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya. Kemudian berlakulah zaman pemerintahan yang menggigit (zaman fitnah -keamiran/beraja /zaman kesultanan ). Berlaku zaman itu seperti yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya juga, kemudian berlakulah zaman pemerintahan diktator (zaman pemerintahan diktator dan demokrasi) , dan berlakulah zaman itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian berlaku pula zaman khalifah yang berjalan diatas cara hidup zaman kenabian. Kemudian Rasulullah sollallahu `alaihi wassalam pun diam.” (Riwayat Ahmad, Bazzar, At Tabrani) Hadits diatas dengan jelas menunjukkan bahwa Umat Rasulullah sollallahu `alaihi wassalam akan menempuh empat kelompok zaman secara bergiliran sebelum dunia kiamat yakni: 1) Zaman Kenabian (Nubuwwah) dan rahmat 2) Zaman Khulafaur Rasyidin dan rahmat 3) Zaman Fitnah (kerusakan) dan kegelapan 4) Zaman Khalifah atau Ummah kedua yang berjalan diatas cara hidup zaaman kenabian yakni zaman pemerintahan Imam Mahdi dan Nabi Isa. Secara umum apabila kita meneliti sejarah, zaman kenabian, zaman Khulafa'-ur-Rasyidin, zaman fitnah (pemerintah telah rosak sedang rakyat masih baik), zaman diktator (penjajahan Yahudi dan Nasrani) dan kini adalah giliran zaman seperti zaman kenabian itu berulang semula. 1) Zaman Fitnah atau Zaman Kerusakan Zaman ini merupakan zaman kerusakan dan kegelapan. Pada zaman ini umat Islam jatuh ke dalam jurang kehinaan yang berkepanjangan. Ini merupakan akibat dari kelalaian dan angkara murka yang terjadi di dunia Islam sehingga Allah membiarkan mereka di dalam kehinaan. Hal ini sesuai dengan janji Allah bahwa Allah hanya akan menjadi pembela kepada orang-orang bertaqwa. “Allah menjadi pembela orang-orang bertaqwa.” (QS Al Jaatsiyah 19) Ciri-ciri zaman fitnah ini adalah: • Negara Islam satu persatu mulai jatuh dan dijajah oleh orang kafir. • Akidah umat Islam pada saat itu sangat rapuh, ada di antaranya Islam di waktu pagi dan kafir di waktu petang. • Ibadah sangat lemah. Shalat, puasa dan membaca Al-Qur’an tidak lagi diamalkan secara bersungguh-sungguh atau bahkan diamalkan sama sekali. • Ukhuwah sesama Islam sangat lemah sehingga terjadi peperangan dan pembunuhan sesama umat Islam. • Orang kaya sangat kikir sedangkan orang miskin tidak sabar dan hasad dengki. • Penyakit cinta dunia dan takut mati sangat tebal dan mewabah dalam hati umat Islam. • Kemungkaran yang terjadi dalam masyarakat Islam hampir tidak ada bedanya dengan apa yang terjadi di kalangan masyarakat yang bukan Islam. • Akhlak umat Islam sangat lemah dengan berleluasanya hasad dengki, umpat mengumpat, tuduh menuduh, caci-mencaci dan kafir-mengkafirkan sesama umat Islam. • Wanita-wanita Islam telah dicabut rasa malunya dengan bertingkah laku tidak senonoh, menampakkan aurat di depan umum, menari dan menyanyi tanpa menjaga maruah dan kehormatan diri. • Umat Islam terhina di seluruh aspek kehidupan: politik, ekonomi, pendidikan, pengobatan, pertanian dan lain-lain sehingga umat Islam terpaksa bergantung pada sistem kufur. • Sedikit demi sedikit cara hidup umat Islam telah mengikuti cara hidup orang-orang Yahudi dan Nasrani. • Terjadi gejala-gejala buruk dan keji di tengah-tengah masyarakat Islam seperti narkoba, homoseks, lesbian, dan lain-lain. 2) Zaman Khalifah Kedua atau Zaman Ummah Kedua yakni zaman pemerintahan Imam Mahdi dan Nabi Isa `alaihi salam. Di zaman ini Islam akan kembali lagi ke zaman kegemilangan dan keemasannya seperti di zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin. Islam dapat menguasai dunia dan kembali menjadi penguasa sejagat. Zaman ini berlaku selama 40 tahun dan barulah dunia ini akan dibinasakan (kiamat) oleh Allah. Rasulullah sollallahu `alaihi wassalam bersabda: “Sebelum hari kiamat datang pastilah Islam itu bangkit kembali walaupun di antara mulainya Islam bangkit dan kiamat hanya selama waktu memerah susu.” Kebangkitan Islam zaman ini akan sampai kepada puncaknya apabila berpadunya ketinggian kerohanian umat Islam dengan kecanggihan teknologi di bawah dua pemimpin besar umat Islam yaitu Imam Mahdi dan Nabi Isa `alaihi salam. Ciri-ciri zaman ini : • Islam dapat mencapai keagungannya kembali seperti yang telah dicapai oleh Rasulullah sollallahu `alaihi wassalam 14 abad yang lalu. • Dunia seluruhnya akan kembali aman dan damai, keadilan akan kembali ditegakkan setelah sekian lama dipenuhi dengan huru-hara dan kezaliman. • Hati orang-orang miskin dan kaya dipenuhi dengan sifat redha dan qana’ah (merasa cukup) sehingga tidak seorang pun yang mau menerima sedekah. • Harta yang melimpah ruah akan dibagi-bagikan dengan adil dan merata. • Umat Islam hidup dengan penuh kasih sayang dan cinta-mencintai satu sama lain. • Aqidah, ibadah dan seluruh aspek kehidupan masyarakat Islam berjalan sepenuhnya di atas landasan syari’at Nabi Muhammad sollallahu `alaihi wassalam. • Segala fitnah dan maksiat, riba, zina minuman keras dan lain-lain kekufuran diperangi dan dimusnahkan. Demikianlah zaman demi zaman yang akan dialami oleh kita umat Islam. Setelah kita mengetahui di zaman apa kita berada, marilah menjadikannya sebagai panduan agar kita tidak kehilangan arah. Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan amal soleh, bahawa mereka sesungguhnya akan dijadikan khalifah yang berkuasa di muka bumi ini sebagaimana telah dijadikan khalifah orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diredhaiNya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar [keadaan] mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentiasa’. (An Nur: 55)

Thursday, January 12, 2012

KEBANGKITAN ISLAM ( FAKTA DAN ANALISA ) Oleh: Dr. Hasan at-Turabi

Kebangkitan Islam merupakan fenomena sejarah nasional yang menumbuhkan kembali semangat iman, stagnasi pemikiran dan fikih, serta gerakan (harakah) dan jihad. Kebangkitan ini juga membawa ujian-ujian bagi umat Islam sehingga mendorong mereka mencari sebab-sebab kejatuhan dan kehinaan yang menimpa. Beranjak dari kesadaran ini, mereka menemukan kesadaran baru, yaitu: menghidupkan iman, mengaktifkan pemikiran, dan menggairahkan gerakan Islam. Dalam hal ini, Al-Qur'an telah mengisyaratkan melalui kisah perjalanan Bani Israil (awal surat al-Israa') dan Al-Hadits yang menjelaskan tentang lahirnya pembaharu setiap satu abad. Sejarah Islam pun membuktikan isyarat ini. Kebangkitan yang sedang kita perbincangkan ini merupakan fase kesadaran baru yang sedang marak di Dunia Arab Islam pasca fase kehinaan akibat kolonialisme. Kebangkitan Islam mulai muncul menjelang Perang Dunia II pecah dan semakin kokoh pada era sesudahnya hingga mencapai momentum perkembangan yang paling spektakuler sejak akhir dasawarsa 1970-an. Kebangkitan ini semakin mengakar dalam organisasi-organisasi Islam yang membawa kesadaran baru. Berdirilah misi-misi Islam yang mengembalikan kepercayaan mengenai kebenaran Islam dan kebesaran sejarahnya. Kebangkitan Islam mengambil bentuk aktivitas sosial yang mendidik generasi muda, memakmurkan masjid, dan membersihkan sifat-sifat tercela. Selain itu, kebangkitan Islam bergerak dalam bidang politik untuk menempatkan Islam dalam politik dan jihad. Mungkin sebagian besar perhatian ditujukan kepada al-Ikhwan al-Muslimun dan Jihad Islam, namun sebenarnya kebangkitan ini digerakkan oleh banyak organisasi Islam, meskipun tidak seluruhnya menarik untuk diperbincangkan. Bahkan, gerakan kebangkitan Islam tidak bisa hanya dihubungkan dengan pemikiran para pionir aktivis yang terorganisir an sich, melainkan harus pula melihat kecenderungan-kecenderungan pemikiran yang lain. Fenomena sosial yang luas dan kesadaran membaja untuk memisahkan diri dari gaya hidup Eropa dan kembali ke pangkuan Islam telah mendorong umat untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam realitas kehidupan. Persoalan kebangkitan tidak terbatas pada gerakan kebangsaan, sebab disetujui atau tidak, sistem pemerintahan pun ikut memainkan peran tertentu dalam konteks kebangkitan. Peran tersebut tampak pada perilaku politik, apalagi dalam dunia pers dan pendidikan hukum, serta terutama dalam upaya menerapkan syariat Islam. Dapat ditarik suatu hipotesis bahwa kebangkitan Islam telah menjadi kekuatan sejarah yang sempurna. Kebangkitan Islam menimbulkan berbagai pengaruh bagi Dunia Arab. Kebangkitan merupakan respon terhadap berbagai tantangan dan bekerja sama dengan kekuatan sejarah lain yang bergerak di negeri-negeri lain. Dalam pengertian, kebangkitan Islam tidak hanya bergumul dengan ideal-ideal Islam saja, melainkan juga dengan realitas serta berbagai aliran dan paham. Karenanya, kita terkadang masih perlu mengembalikan wacana tentang kebangkitan Islam kepada akar-akar pemikiran Arab secara keseluruhan. Ini karena esensi kebangkitan tidak dapat dipahami tanpa mengembalikannya kepada akar-akar ini. Penyertaan Qatar dalam pembahasan ini hanyalah sebagai negara yang mewakili tipe pemerintahan dalam masyarakat yang mempertahankan eksistensi keeropaan dan keislaman menuju satu kesatuan yang melampaui batas-batas geografis. Oleh karenanya, pembahasan ini terkadang tertuju kepada fanatisme nasional yang mengarah pada pemeliharaan negeri Qatar. Bila kita berbicara mengenai kebangkitan sistem pemerintahan negara-negara Arab, maka sebaiknya kita mengingat bahwa masalah integrasi atau disintegrasi tidak dapat dikesampingkan. Meskipun secara teoretis, yang dijadikan objek kajian adalah nilai-nilai Qatar dan keintegrasiannya, namun situasi yang diamati adalah dampak kemerdekaan masyarakat Qatar dan integrasi dengan nilai-nilai Islam. Dampak langsung dari integrasi adalah tenggelamnya sistem lama di Qatar dan menangnya sistem lain. Kita akan mencermati contoh tersebut pada pembahasan mendatang. Negara-negara Arab tidaklah terputus dari lingkungan sekitarnya. Demikian pula kebangkitan Islam tidak hanya mengakar di bumi Arab. Islam merupakan agama mayoritas masyarakat Arab, Afrika, dan Asia. Dalam perspektif historis, gerakan-gerakan Islam saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Dewasa ini, kebangkitan Islam merupakan fenomena internasional dengan berbagai macam topik diskursus yang menantang. Hal ini disebabkan oleh eksistensi Islam yang mencoba merespon situasi yang dihadapi dunia, yaitu: imperialisme politik, serangan kebudayaan Barat, kegagalan sistem sekular yang ditinggalkan kaum imperialis kepada negeri-negeri Islam, dan revolusi kebangkitan Islam dalam bentuk revolusi hubungan elite. Kebangkitan Islam-Arab bekerja sama secara revolusioner dan intelektual dengan kebangkitan-kebangkitan di berbagai tempat dan situasi. Realitas Dunia Arab berhubungan dengan realitas Dunia Islam dan internasional. Berbagai kendala dan situasi kebangkitan Islam tak dapat dipahami tanpa menyinggung dimensi internasional. Umat dan Negara-negara Kawasan Arab dalam Sejarah Islam Islam menyatukan antara ideal-ideal absolut dan realitas nisbi. Ideal-ideal ini diabstraksikan dalam ajaran-ajaran dan doktrin-doktrin syariah. Realitas merupakan kejadian-kejadian material dan situasional yang melingkupi kehidupan manusia. Sedangkan keberagamaan adalah kepercayaan psikis terhadap doktrin-doktrin kebenaran yang absolut, dan usaha kesejarahan merupakan upaya mendekatkan realitas dengan doktrin-doktrin, mengkontekstualkan iman dalam bentuk realitas yang paling ideal, dan selanjutnya berusaha terus menerus mengembangkan keagamaan menuju titik kesempurnaan ideal. Bentuk negara Islam yang pertama dalam sejarah adalah negara Madinah yang dipandu oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah. Untuk keperluan pertumbuhan regional, Rasulullah saw. menggariskan aturan-aturan regional. Al-Qur'an pun menetapkan pada akhir surat al-Anfal mengenai batasan-batasan loyalitas masyarakat yang terdiri atas penduduk asli dan imigran agar saling menjaga dan membantu. Negara Madinah merupakan realitas regional yang berwawasan internasional. Negara ini telah melampaui realitas zamannya, sebab penduduknya percaya bahwa mereka merupakan bagian dari mata rantai umat Islam sebelumnya yang dipimpin para Rasul. Secara psikis, Madinah pun telah melampaui realitas regionalnya, sebab penduduknya telah terlibat aktif dalam konflik internasional dengan Persia dan Romawi, khususnya dalam konflik ekonomi, politik, dan agama. Negara Madinah dengan kondisinya tersebut kemudian mengokohkan Dunia Arab dan seluruh umat manusia di sana sebagai basis dan alat integrasi. Hal itu dikarenakan Arab mempunyai misi samawi. Negara ideal berikutnya adalah Khilafah Rasyidah. Dalam sistem ini, penguasa menjadi pusat dan dorongan umum berangkat dari pusat kekuasaan. Dakwah dijalankan secara luar biasa hingga terbentuklah wilayah-wilayah baru yang berjauhan dan dihuni oleh masyarakat yang plural. Dipergunakanlah ungkapan-ungkapan politik syar'i yang sebagian kembali kepada masa kenabian. Negara-negara Arab merupakan dasar pembagian wilayah pemerintahan umum, peradilan, dan distribusi kekayaan. Dalam potret semacam ini, kesatuan kepemimpinan khilafah dijalankan tanpa pembagian kekuasaan. Di samping itu, terdapat kesatuan geografis Islam yang semula tidak mengenal kendala-kendala internal. Meski terjadi perpecahan di kalangan penguasa serta fanatisme wilayah, etnis, dan golongan --setelah terjadi sistem pewarisan khilafah-- namun pola umum negara masih tetap berpedoman pada sistem kesatuan (integrasi). Para fuqaha yang juga merupakan para pemimpin bangsa dan idola masyarakat. Meskipun bersikap wajar terhadap para pemberontak, tetapi mereka tetap mentolerir pembagian wilayah dan upaya integrasi. Sedangkan dalam hal pemikiran, mereka mengakui eksistensi mazhab-mazhab dan kebebasan mengikutinya. Pola ini berjalinan dengan faktor-faktor pengimbang yang ditemakan oleh masyarakat muslim dalam keluasan dan kecepatan ekspansinya untuk mewadahi pluralitas masyarakat dan kebudayaan. Ketika kondisi tersebut tidak diimbangi dengan usaha-usaha integrasi, maka khalifah pada gilirannya hanya menjadi simbol dan hanya mampu bertahan ketika kekuatan pusat pemerintahan semakin menurun. Sehingga kondisi kritis mulai terjadi, fanatisme kelompok bermunculan, dan wilayah-wilayah lain beroposisi untuk membangun pola baru dalam realitas politik umat Islam. Pola yang meniscayakan Dunia Islam hingga saat ini adalah satu bentuk pemerintahan dengan kesatuan umat (integrasi) dan meninggalkan kesatuan politik karena tersebar luasnya negara-negara Islam. Sebagian negara Islam mengalami perkembangan karena kemampuannya membuka diri untuk menyelesaikan masalah-masalah yang yang ditimbulkan akibat letak wilayah yang jauh dari pusat. Pemerintahan Islam telah memelopori bahwa batasan-batasan regional tidak membagi-bagi kaum muslimin sebagaimana yang dilakukan oleh penguasa-penguasa politik. Hanya ada satu lapangan ilmiah, pasar ekonomi, dan konteks kebangsaan. Kesatuan undang-undang juga menjaga dominasi hukum-hukum syariat sehingga berkembanglah mazhab-mazhab fikih dan metode-metode tasawuf untuk menegaskan kesatuan umat dalam paguyuban tarekat. Suatu prediksi dapat dikemukakan bahwa wilayah Islam akan semakin menyatu secara peradaban melalui tersebarnya berbagai mazhab dan tarekat, pertukaran ilmu dan kebudayaan, dan komunikasi melalui migrasi manusia, ilmu, dan agama. Hal itu terjadi dalam kurun waktu yang panjang pasca runtuhnya pusat politik dan kediktatoran para penguasa di negara-negara Arab. Islam, pemanduan syariat, dan terbukanya kawasan merupakan faktor-faktor penjaga kesatuan umat. Ketika Islam tidak lagi difungsikan sebagai pengikat hati antar umat, dihapuskannya syariat, dan penjajahan imperialis, maka negara-negara Arab pun terpecah belah. Tak ada yang tersisa dari wilayah Islam kecuali hanya persaudaraan dalam jiwa kaum muslimin, kegetiran masa lampau, dan mimpi masa depan. Umat dan Negara-negara Kawasan Eropa: Sebuah Studi Komparasi Perkembangan negara-negara Eropa disebabkan oleh terlepasnya mereka dari agamanya, konflik berkepanjangan dalam masyarakat dan pemerintahan, dan terlampau beratnya penderitaan yang mereka rasakan. Sementara itu, ekspansi Islam menjanjikan kehidupan baru bagi mereka. Sejarah Eropa menengarai bahwa kejatuhan tersebut bukan disebabkan oleh kelengahan, melainkan karena mengingkari dasar-dasar agama mereka. Jika cita-cita kebangkitan kaum muslimin diilhami oleh Kitab Suci yang terjaga (Al-Qur'an), maka masyarakat Barat menoreh sejarah mereka dengan revolusi anti-agama. Mayoritas masyarakat Eropa berada di bawah pengaruh Kristen selama lebih dari sepuluh abad. Menurut mereka, kondisi tersebut merupakan contoh ideal tentang nasionalisme dan peradaban bagi dunia internasional. Dalam pandangan mereka, contoh ideal tersebut berupa kebesaran imperium dan hubungan harmonis dalam hak milik nasional dan negara-negara Eropa. Kemudian nasionalisme mulai memberi kekhususan kepada para raja. Negara-negara kawasan ini semakin kokoh menuju terbentuknya Eropa modern. Kehancuran sistem internasional lama telah memicu lahirnya teori-teori kekuasaan yang memberi penekanan pada dominasi absolut dalam batas-batas regional seperti teori Machiavelli. Dominasi ini tampak jelas pada propaganda-propaganda imperium, Paus, dan kaum feodal. Teori-teori sosial itu mengokohkan dominasi raja dan para penguasa secara absolut. Kemudian pemikiran politik mulai berkembang dan menyuarakan dominasi bangsa dan ide liberalisme demi keuntungan individu (yang diprakarsai John Locke, para pakar psikologi sesudahnya, dan kelompok radikal), kelompok-kelompok reformasi cita-cita umum (teori Rousseau), pelestarian sejarah masyarakat (teori Hegel), dan komunisme-materialisme (teori Karl Marx). Nasionalisme telah menguatkan posisi negara yang mengambil bentuk politik, ekonomi, dan solidaritas sebagai pengisi kekosongan agama. Tumbuhlah perasaan khusus nasionalisme serta kekhususan bahasa dan tata bahasanya. Sejarah nasionalisme bergerak melemahkan kekhususan-kekhususan tersebut dengan berbagai utopia dan data. Nasionalisme membanggakan hal tersebut. Isme ini tumbuh di benua Eropa dan Amerika. Meskipun dominasi nasionalisme di Eropa membawa pertumbuhan material, namun akhirnya Eropa merasa gamang terhadap penyimpangan pola negara semacam ini. Mungkin kegamangan tersebut merupakan dampak tradisi kebudayaan yang plural, perkembangan teori kemanusiaan, berbagai konflik nasional, dan terbatasnya ekspansi Eropa. Maka berdirilah sistem negara-negara Eropa di atas kaidah undang-undang negara. Negara-negara ini mempunyai kawasan yang terbatas, namun tenggelam dalam konflik pada masalah-masalah yang telah disepakati kaum muslimin di kawasan Daulah Islamiah. Kesatuan Eksternal Menuju Pluralisme Internal di Dunia Arab Kawasan negara-negara Arab telah keluar dari kekuasaan administratif kekhalifahan Utsmani. Pada umumnya, negara-negara tersebut memisahkan diri karena pengaruh kemerdekaan politik negara-negara imperialis. Pemisahan perdana merupakan sarana munculnya nasionalisme Arab, sebab hal itu merupakan bentuk pemerdekaan dari ikatan keagamaan dan beralih menjadi nasionalisme. Fenomena tersebut tidak persis sama dengan yang terjadi di Eropa, sebab ia bukan hasil perkembangan teoretis dan material sebagaimana yang terjadi di Eropa. Nasionalisme Eropa merupakan produk yang terkait dengan eksperimen dan faktor-faktor Eropa. Eksperimen yang pernah dilakukan orang-orang Islam dan mayoritas orang-orang Nasrani Arab berbeda dengan yang terjadi dalam sejarah Eropa. Masyarakat Barat meyakini eksperimen Eropa sebagai eksperimen murni dan memandang dirinya sebagai pusat kebangkitan dan contoh ideal pencerahan umat manusia. Padahal yang harus diketahui adalah bagaimana strategi Eropa dalam menghadapi kekhilafahan Utsmani di medan perang dan kepiawaian memanfaatkan propaganda, hubungan politik, dan diplomasi demi keuntungan mereka. Selain itu, terjadi perang intelektual antar keduanya. Walaupun sebenarnya persatuan umat Islam dalam kekhalifahan Utsmani masih terasa, tetapi tidak mencapai prestasi nasionalisme Eropa karena perbedaan perkembangan sejarah masing-masing. Sekiranya Arab keluar dari kekuasaan Utsmani dan berdiri di atas landasan nasionalisme, tentu ia tidak mampu. Malah sebagai ganti penguasaan kekhilafahan Utsmani, berdirilah imperialisme di Dunia Arab. Akhirnya imperialisme membagi-bagi pengaruh dan batas-batas wilayah Arab berdasarkan realitas regional historis masing-masing wilayah yang sebelumnya bersatu. Imperialisme telah mengokohkan status pembagian tersebut untuk menarik keuntungan jangka pendek dan panjang, apalagi mereka bermaksud melapangkan jalan bagi kehadiran Zionisme di tengah-tengah Dunia Arab dan memutuskan hubungan Arab dengan Dunia Islam. Ketika bangkit keinginan melepaskan diri dari cengkeraman imperialisme, gerakan pembebasan Arab segera memisahkan diri dari kelompok-kelompok yang terpengaruh kebudayaan Eropa. Kelompok-kelompok nasional gigih memperjuangkan tercapainya kemerdekaan bagi negara yang mandiri, tetapi dengan konsep-konsep Eropa. Masyarakat merasa perlu mengedepankan warisan keagamaannya untuk mengisi kesenjangan dan memfungsikan simbol-simbol keagamaan untuk membangkitkan semangat melawan kekuatan asing yang kafir. Dalam konteks ini, Islam merupakan unsur pembentuk jati diri negara dan pemantik semangat kebangsaan. Sangat memungkinkan untuk menggunakan faktor kekuatan Islam itu bila perjuangan menemui jalan buntu. Seluruh wilayah Afrika Utara adalah contoh terbaik dari kasus ini, apalagi perjuangan kaum muslimin Aljazair melawan imperialisme Perancis. Gema Islam pun terdengar hingga di Sudan, meskipun kontrol Arab-Islam di negara ini melemah. Peran Islam dikenal pula dalam perjuangan nasional di luar negara-negara Arab, termasuk di negara-negara Asia seperti Iran, Afganistan, dan Pakistan. Peran ini tampak pada syiar yang ditonjolkan pasca-kemerdekaan. Akan tetapi, meski masyarakat muslim berkuah darah dalam perjuangan nasional, tetapi yang menikmati kue kemerdekaan adalah para nasionalis, sedangkan orang-orang Islam hanya menjadi penonton. Peran yang dilakoni dalam perjuangan kini tinggal kenangan. Itulah sebabnya, Islam tidak berperan lagi dalam mempengaruhi proses integrasi negara-negara Arab yang mandiri. Meskipun kelompok pembebasan nasional di Dunia Arab berpedoman sekularisme dalam pembangunan negara, tetapi upaya tersebut tidak sukses sebagaimana keberhasilan Turki Muda mendepak sistem kekhalifahan. Mereka hanya berhasil mendirikan dasar-dasar negara nasional dan mempersoalkan integrasi. Konsep negara sekular semakin mendorong negara-negara Arab untuk meninggalkan sistem syariat dan mengembangkan sistem perundang-undangan yang tidak berdasarkan Islam. Sebagai contoh adalah Hizbul-Wafd (Partai Wafd) dan Hizbud-Dustuuri (Partai Perundang-undangan) di Tunisia. Sebagian negara Teluk Arab selamat dari sekularisasi. Negara-negara tersebut tidak mungkin berdiri dengan batas-batasnya sendiri kecuali dengan desakan imperialisme atau situasi sejarah. Walau negara-negara Arab memupuk fanatisme dan nasionalisme --bukan solidaritas kawasan-- namun hal tersebut tidak sampai memutuskan hubungan antar bangsa seperti di Eropa. Sejarah Arab kontemporer mencatat adanya berbagai ikhtiar untuk berintegrasi yang tak menyerupai bentuk integrasi apa pun di muka bumi, sebab negara-negara Arab mengupayakan integrasi dengan nasionalisme dan agamanya. Libya berusaha berintegrasi dengan lima negara Arab, serta Mesir dan Suriah masing-masing dengan empat negara. Tidak ada negara Arab yang tidak berusaha untuk berintegrasi, meskipun kenyataannya mereka masih terpecah-pecah. Aliran Kebangkitan dan Pendiriannya 1. Kontribusi Kebangkitan Fiqih terhadap Masalah Kawasan Jika kebangkitan menyandarkan sebagian usahanya pada landasan doktrin agama dengan ijtihad baru, maka warisan fikih Islam yang demikian melimpah membutuhkan pemecahan ijtihadiyah bagi berbagai problema negara-negara Arab. Secara umum dapat dikatakan bahwa fikih politik lahir pada era belakangan, sedangkan fikih-fikih lainnya telah berkembang pesat jauh sebelumnya. Barangkali citra negatif fikih politik disebabkan oleh tragedi politik yang terpisah dari etika keislaman dan aturan-aturan syara' sehingga para fuqaha dan penguasa saling menjaga jarak. Demikianlah, keimanan telah melemah dalam aspek politik, sedangkan ambisi kekuasaan, gejolak fanatisme, dan konflik kekuatan makin memuncak. Bila aktivitas kesyariahan dilakukan secara tertutup, maka ilmu pengetahuan pun menjadi tertutup. Ini mengakibatkan pakar politik tidak lagi memperhatikan hukum Islam dan kredibilitas para fuqaha dalam merumuskan permasalahan politik dan solusinya. Seluruh dimensi fikih mengalami stagnasi ketika muncul fenomena berdirinya bermacam-macam negara di kawasan Islam. Sedangkan fikih tetap saja --sebagaimana dibahas dalam kitab-kitab tentang hukum kerajaan-- berkutat dengan persoalan integrasi kepemimpinan negara, kecuali sebagian fuqaha yang berusaha memahami kemajemukan para pemimpin dan otentisitasnya berdasarkan keniscayaan berjauhannya kota-kota. Para fuqaha juga telah mengabaikan pemisahan yang terkadang terjadi antara sistem imamah dan imarah (kerajaan), padahal pemisahan tersebut berwatak agak sekular. Mereka pun mengabaikan berdirinya wilayah-wilayah yang mandiri secara de facto. Al-Qur'an dan As-Sunnah mengemukakan masalah loyalitas dan tolong-menolong dalam ruang lingkup kenegaraan, sedangkan fikih mengedepankan problema-problema lokal berdasarkan pluralisme mazhab dan kaidah 'ijma dan mempersoalkan distribusi zakat dan hukum-hukum semacam itu. Para fuqaha merasa cukup dengan menjelajahi berbagai corak fikih yang berkembang antara yang khusus dan yang umum seiring dengan dominasi wilayah Islam yang belum mengenal batasan-batasan geografis. Mungkin cacat pensyariahan kekuasaan merupakan penyebab para fuqaha mengabaikan realitas tersebut secara sengaja, sebagaimana mereka mengabaikan peran pemerintah dalam dasar-dasar hukum dan Al-Qur'an. Kebangkitan kontemporer pada dasarnya mulai menggeluti masalah tersebut, tetapi belum optimal, meskipun persoalan umum dan khusus telah mencuat dalam kehidupan bernegara, bahkan dalam kenyataan langsung pada lingkungan politik tempat berkembangnya kebangkitan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kebangkitan pertama di Dunia Arab dipelopori oleh para ulama, namun mereka belum banyak menyentuh pemikiran politik negara untuk memecahkan problema negara-negara Arab yang diwarisi dari Barat. Penyebab lainnya adalah bahwa kebangkitan Islam belum menyaksikan dinamika persoalan ini dalam sejarah Arab kontemporer. Masalah ini belum begitu tampak pada masa pemisahan diri dari kekhalifahan Utsmani dan belum mengkristal pada masa setelah merdeka dari imperialisme. Akan tetapi, kebangkitan Islam kemudian sempat menyaksikannya ketika terjadi kebangkitan nasional, eksperimen negara-negara Barat, dan upaya yang dilakukan negara-negara Arab untuk meresponnya dengan program-program integrasi dan ide-ide nasionalisme. Pemikiran kebangkitan Islam secara umum telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi perjuangan nasional dan kemerdekaan, sebab pemikiran tersebut berkonsentrasi pada masalah-masalah dan konsep-konsep keterbelakangan. Sementara dalam persoalan negara-negara Arab yang berakhir dengan perjuangan itu, penulis tidak mengetahui pemecahan-pemecahan yang dapat dicatat kecuali pernyataan-pernyataan umum Syekh Hassan al-Banna dalam mendefinisikan nasionalisme yang diartikannya sebagai realisasi loyalitas negara-negara Arab untuk mengembangkan kecintaan, kasih sayang, kebanggaan, dan kesetiaan tanpa merusak kepatuhan terhadap agama (ar-Rasaail ats-Tsalats). Sayangnya, ketika seruan nasionalisme memuncak di Dunia Arab dan maraknya ajakan kepada isme ini yang melampaui kawasan Arab bahkan mengatasi Arabisme, kebangkitan Islam menghadapinya dengan menggalang solidaritas yang membahayakan loyalitas kebangsaan tinimbang mengajukan alternatif teoretis yang sebanding. Maka pengajuan alternatif-alternatif sebagaimana penulis katakan, merupakan periode yang belum dicapai kebangkitan Islam. Ketika kebangkitan Islam telah mencapai periode tersebut dan mengalami kedewasaan, situasi politik tangan besi muncul memberangus kebebasan yang merupakan syarat bagi perkembangan, kehidupan, dan pertumbuhan bagi setiap pemikiran. Intimidasi turut menyibukkan keberadaan kebangkitan Islam dan menghalang-halanginya mengadakan dialog internal dan eksternal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan ijtihad. Pemikiran kebangkitan Islam harus membentangkan sayap untuk melawan, mendorong, serta memegangi dan berkomitmen pada dasar-dasar dinullah dalam menghadapi sistem nasionalisme bermuatan islami (sintesis antara nasionalisme dan Islam, --peny.) Oleh karena itu, berkembanglah pemikiran Sayyid Quthub dalam karyanya Fii Zilaalil-Qur'an dan Al-Ma'aalim fii ath-Thaariq yang mengecam penyembahan terhadap negara dan fanatisme nasional. Pemikir al-Ikhwan al-Muslimun ini mengabstraksikan konsep-konsep al-Hakimiyah dan tauhid di atas ungkapan-ungkapan, batasan, kemaslahatan, dan realitas, serta mengarahkan hukum-hukum kepada dimensi-dimensinya yang absolut. Sekadar perbandingan, penulis mencoba meneliti kelompok-kelompok kebangkitan Islam di India yang secara tajam dihadapkan pada nasionalisme India yang mengkhawatirkan karena sangat membahayakan kaum muslimin sehingga mereka harus berpisah secara kultural dan geografis. Abul A'la al-Maududi telah memberikan pemecahan terhadap masalah ini, yaitu dalam bentuk pemisahan negara. Pemikir produktif ini mengajukan model Barat dan tuntutan realitas (nasionalisme dan Islam), sebagaimana ia memecahkan problema negara kawasan setelah berdirinya Pakistan dan hubungannya dengan imigran muslim dan negara-negara Dunia Islam. Kita dapat pula melihat perkembangan situasi yang diakibatkan oleh pemikiran kebangkitan setelah diserukannya ajakan umum untuk mengadakan program-program yang nyata di wilayah-wilayah yang lebih banyak memberikan kebebasan. Gerakan Islam di Tunisia dan Sudan merupakan contoh pemecahan problema-problema regional dan internasional, dengan mempertimbangkan Barat yang telah demikian menghegemonik di seluruh kawasan Arab dan tuntutan-tuntutan politik yang sedang dihadapi. 2. Diskursus Kebangkitan Islam: Untuk Persatuan Nasional dan Kawasan Negara (Tanah Air) Ketika Arab bereaksi terhadap kekuasaan kekhalifahan Utsmani, Dunia Islam menyaksikan pemisahan sejarah antara kebangkitan masa lalu dan sekarang. Kebangkitan masa lalu merupakan reaksi langsung terhadap imperialisme dalam bentuk jihad yang menggelora di seluruh belahan Dunia Islam. Misalnya, gerakan Mahdiyah di Sudan dan jihad Islam di Afrika Barat, Timur, dan Utara. Gerakan Mahdiyah merupakan salah satu reaksi terhadap imperialisme yang menjadi rival kekhalifahan Utsmani. Gerakan ini mengatasnamakan Islam internasional, bukan hanya Sudan dan Arab saja . Selain itu, kebangkitan Islam klasik mempunyai dimensi pemikiran pula sebagaimana ditampilkan oleh Jamaluddin al-Afgani, Muhammad Abduh dan murid-muridnya, serta syekh-syekh di Syria. Pemikiran mereka mempropagandakan reformasi hubungan umat Islam, mengadakan komunikasi antar negara Dunia Islam, dan berusaha mengintegrasikan negara-negara Islam. Syria dan negara-negara sekitarnya terlibat konflik dengan kekhalifahan Utsmani, lalu memisahkan diri dan menegakkan nasionalisme sendiri. Sejak itu nasionalisme mereka mengandung benih-benih pemikiran untuk memisahkan diri dari ikatan keislaman. Pemikiran nasionalisme mangalami polarisasi menuju model aliran dan pola politik Barat. Karenanya, kita tidak menemui adanya revolusi Arab terhadap kekhalifahan Utsmani, termasuk dari kalangan para pelopor nasionalisme, kecuali hanya "tes negatif" terhadap pemikiran kebangkitan Islam. Kemudian berkembanglah pemikiran nasionalisme dalam dua versi karena perbedaan perumusan kesatuan nasional dan faktor-faktor lain dalam bidang pemikiran dan politik. Versi pertama mengambil sikap kekiri-kirian. Mereka berjuang melawan zionisme dan imperialisme. Kelompok ini giat bergerak untuk mencapai integrasi yang tidak mampu direalisasikan oleh para pelopor solidaritas nasional. Sedangkan versi kedua adalah kekuatan politik yang membuat slogan-slogan sebagai simbol kekuatan politik yang defensif. Masing-masing versi mengandung unsur sekularisme dan para pendukungnya membangun rivalitas dengan gerakan kebangkitan Islam. Karena gerakan kebangkitan Islam menekankan pemikiran dan politik, maka mereka menyerang sikap dan pemikiran kedua versi nasionalisme itu serta mempersoalkan dasar-dasar propaganda nasionalisme dan mempertanyakan tujuan-tujuannya. Para pelopor nasionalisme terlibat perdebatan dengan para pemikir-pejuang Islam hingga memenuhi halaman-halaman media dan publikasi sastra. Seandainya tidak karena terbukanya pemikiran nasionalisme, pengaruh program-program persatuan nasional, dan kebesaran kebangkitan Islam, maka keadaan ini akan berhenti pada munculnya tesis-tesis nasionalisme, ide-ide dan kebijakan politik yang mengokohkan etnis, dan Islam sebagai faktor pendorong dan pengarah nasionalisme. Pada skala makro, pemikiran kebangkitan Islam tidak memberikan respon terhadap pengakomodasian tersebut. Pada umumnya, akomodasi semacam itu tidak akan berkembang, baik secara teoretis maupun politis (lihat kasus di Libya). Di negara-negara Arab-Afrika pada umumnya, perdebatan antara Islam, nasionalisme, dan Arabisme tidak menyentuh aspek kebangsaan, tetapi terjadi perdebatan mengenai konsep-konsep kenegaraan versi Eropa. Para pendukung nasionalisme ingin merumuskan teori nasionalisme kawasan dan melestarikan kebangsaan. Mereka mengutarakan pandangan untuk meregionalkan bahasa dan dialek, mengadakan penulisan sejarah yang menanamkan kebanggaan terhadap tokoh-tokoh nasional, serta menegaskan semangat nasionalisme dan peran nasional yang khusus dalam misi internasional. Kelompok-kelompok ini muncul di Mesir. Mereka mengagungkan sejarah Fir'aun dan Eropa. Fenomena sejenis juga terlihat di Sudan dan negara-negara Afrika Utara. Kelompok kebangkitan Islam memberikan reaksi keras terhadap fanatisme nasional ketika mereka menemukan unsur-unsur sekularisme dan afiliasi terhadap nilai-nilai Barat di dalamnya. Fanatisme semacam itu adalah fanatisme yang terputus dari umat Islam. Berbagai literatur kebangkitan Islam mengkritik nasionalisme Mesir yang kering analisisnya dalam menilai Eropa dan Islam serta pemikiran tokoh-tokoh seperti Luthfi Sayid, Thaha Husain, dan Salamah Musa. 3. Posisi Kebangkitan Politik dan Program Integrasi Meskipun kebangkitan Islam memercayai slogan-slogan integrasi, namun belum melontarkan ide dan mendukung program pengintegrasian. Ini karena kebangkitan Islam masih sangat muda usianya dan baru berupa prinsip-prinsip dasar, sehingga belum menjejakkan kaki pada tataran aksi. Di samping itu, kebebasan dan ruang geraknya, terutama di bidang politik, masih dibatasi. Walaupun demikian, gerakan kebangkitan Islam harus menegaskan sikap politik dalam bentuk program-program integrasi atau kemerdekaan kawasan dengan posisinya sebagai kekuatan politik di lapangan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kebangkitan Islam masih berseberangan dengan mayoritas program integrasi sehingga belum bersedia memberikan dukungan positif. Sikap ini disebabkan para aktivis Islam melihat hakikat integrasi sebagai ancaman yang akan menutup pintu kebebasan bagi gerakan kebangkitan. Itulah sebabnya, gerakan kebangkitan Islam menentang program integrasi lembah sungai Nil, karena melalui program ini, pemerintah Mesir berusaha menekan gerakan Islam dari Mesir hingga Sudan. Walaupun gerakan Islam di Sudan merupakan hasil ekspansi dari Mesir (melalui organisasi al-Ikhwan al-Muslimun, --peny.) dan perkembangan keadaan di Sudan sendiri, namun mereka berkeinginan membebaskan diri dari Mesir dan Inggris serta condong kepada para pelopor kemerdekaan Sudan. Gerakan Islam di Suriah merasa perlu menyambut hangat integrasi Suriah-Mesir dalam Persatuan Arab Republik. Penulis mengetahui bahwa mereka tidak melakukannya dengan sepenuh hati. Semua orang mengetahui bahwa sebenarnya gerakan Islam lebih menyukai pemisahan dari ikatan republik tersebut, karena dengan demikian negara-negara anggotanya dapat lebih bebas. Secara diam-diam, gerakan Islam di Yaman juga memusuhi upaya integrasi Yaman dengan pertimbangan kemaslahatan agama dan kebebasan. Kita tidak pernah mendengar bahwa gerakan kebangkitan Islam mendukung program-program kepemimpinan Libya yang terintegrasi begitu populer. Demikianlah, pemerintahan kesatuan absolut menjadi kendala terbesar-bagi program integrasi. Pihak-pihak yang menikmati kekuasaan merasa tidak senang, kecuali diikutkan dalam perserikatan yang menguntungkan mereka. Di lain sisi gerakan Islam tidak menginginkan intervensi kekuasaan yang korup, tangan besi dan berwatak kiri (sosialis). Kepemimpinan sekular tidak menginginkan bentuk integrasi yang menyulitkan mereka dengan adanya nilai-nilai tradisional dan faktor-faktor yang dianggap menghambat laju pertumbuhan ekonomi. 4. Tujuan kebangkitan Integratif Apa yang hendak dicapai kelompok-kelompok kebangkitan Islam dari program-program integrasi? Sebenarnya, tujuan umum perkembangan kebangkitan Islam mengarah pada topik integrasi dan hubungan antarkawasan. Kebangkitan Islam sendiri pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang terbatas. Dalam kaitannya dengan Islam, kebangkitan merupakan fenomena idealisme keagamaan. Agama yang diturunkan oleh Zat yang Maha Absolut (Islam) tentu tidak mengenal batas-batas ruang dan waktu atau etnis dan kelas sosial. Kaum muslimin selalu berusaha menuju pada titik kesatuan umat (terintegrasi) dengan berdasarkan pada keimanan kepada Allah yang Maha Esa, kesatuan prinsip dasar, kesatuan masa depan manusia, kesatuan tujuan hidup, kesatuan syariat, dan kesatuan gerakan persaudaraan dan persekutuan dalam ilmu, harta, dan kekuasaan. Maka setelah gerakan kebangkitan memercayai kesatuan keagamaan, biasanya mereka kembali kepada kesatuan sejarah yang unsur-unsur pentingnya terdapat di segala penjuru. Di Mesir misalnya, muncul propaganda kebangkitan Islam yang diwakili oleh gerakan al-Ikhwan al-Muslimun dan kebangkitan kesusastraan Islam. Pengaruh berbagai studi, penerbitan, dan distribusinya di Mesir telah menggemuruhkan gema kebangkitan Islam dan membuat gerakan-gerakan Islam di Dunia Arab saling bekerja sama sejak pertengahan abad ke-20. Tampaknya kebangkitan Islam dewasa ini merupakan gerakan pemikiran keagamaan terbesar yang mengekspresikan rumusan-rumusan, meliputi berbagai kawasan, membentuk kesatuan kaidah, emosi, dan pemikiran sebagai respon terhadap peristiwa-peristiwa di Dunia Islam, serta memiliki satu kesusastraan yang mengkondisikan masyarakat untuk saling mengenal dalam ruang lingkup yang luas. Meskipun gerakan sosialisme dan nasionalisme, pertukaran buku dan pers Arab, distribusi pengajaran, peraturan-peraturan, dan industri perfilman Mesir begitu gencar, namun kebangkitan Islam merupakan faktor utama terbesar yang mendekatkan generasi muda dan bangsa-bangsa Arab dewasa ini satu sama lain. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa kebangkitan Islam merupakan gejala khusus di kawasan barat dan timur Dunia Arab. Penulis berpendapat bahwa ide integrasi telah berjuang dan bergelut dengan pemikiran kawasan, terutama Mesir yang bertipe Fir'aunisme dan Sudan yang bertipe Afrikanisme. Kedua negara tersebut lebih cenderung pada deintegrasi. Sedangkan Yaman berdiri sendiri karena membanggakan kekhususannya. Sebelum berdirinya republik dan masuknya negeri ini ke dalam kesatuan Arab, kebangkitan Islam direpresentasikan oleh gerakan keluarga menteri sebagai reaksi terhadap kebangkitan di Mesir. 5. Mengorganisasi Kebangkitan: antara Kesatuan dan Kawasan Sekiranya Islam telah menjadi pandangan internasional dan kebangkitan Islam telah meliputi seluruh kawasan Arab, bahkan lebih luas lagi, maka gerakan-gerakan kebangkitan dapat membentuk jaringan keorganisasian yang integratif dan bertujuan khusus yang mengacu pada kesatuan Arab. Di Arab terdapat organisasi-organisasi nasional seperti Ba'ath dan Nasionalisme Arab. Ada pula yang berpencar di sejumlah kawasan seperti Hizbut Tahrir al-Islam (yang pemikirannya merujuk karya-karya pemimpin mereka, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, --peny.). Di samping itu, ada pula gerakan komunisme yang cenderung berafiliasi ke luar Dunia Arab dan partai-partai nasional yang kurang berpengaruh. Organisasi-organisasi Islam yang meski berbeda nama, tetapi masih bersandar pada al-Ikhwan al-Muslimun yang mempunyai jaringan yang lebih luas sehingga memungkinkan mereka menjadi perekat bangsa-bangsa Arab dewasa ini. Secara praktis, al-Ikhwan al-Muslimun telah tersebar luas di negara-negara sekitar Mesir dan cabang-cabangnya pun terus berkembang. Keorganisasian mereka telah menjangkau Dunia Arab meskipun pada waktu itu belum mencapai kawasan pinggiran. Akan tetapi, dalam perjalanannya, organisasi ini mengalami tekanan yang merusak laju perkembangannya. Dinamika kultural yang bervariasi dan keberadaan berbagai organisasi mendorong perluasan dakwah Islam. Dalam kenyataan, berbagai organisasi tersebut merupakan organisasi-organisasi kawasan yang tidak dihubungkan dengan ikatan keanggotaan dan kerja sama, melainkan hanya didasarkan atas emosi afiliasi, simbol-simbol kepemimpinan dan nama yang satu. Hal yang amat mencolok pada al-Ikhwan al-Muslimun adalah kelebihannya dalam berorganisasi. Ada pula organisasi-organisasi Islam yang berdiri sendiri seperti di Sudan, Tunisia, dan daerah lainnya di pinggiran Dunia Arab. Mereka berlandaskan pada teori fikih yang menetapkan kesatuan sebagai tujuan dan hubungan antar kawasan sebagai jalan yang harus ditempuh. Mereka memahaminya sebagai analogi dengan keinternasionalan risalah Nabi Muhammad saw. dan keregionalan metode penyebaran dakwah yang dimulai dari lingkungan keluarga hingga Arab seluruhnya dan belahan dunia lainnya. Walaupun kelompok-kelompok Islam menginginkan terwujudnya kesatuan barisan Islam, namun tarikan-tarikan realitas dan batas-batas pemisah di kawasan Arab tidak memungkinkan mereka merealisasikan cita-cita itu. Menuju Paradigma Fikih untuk Integrasi dan Kawasan 1. Keseimbangan Tauhid Agama tauhid merupakan paradigma pengintegrasian dan perimbangan bagian-bagian. Kebebasan merupakan nilai esensial agama. Tanpa kebebasan tidak akan muncul kekuatan iman yang merdeka dan tidak tercapainya tujuan dalam berkreasi dan memberikan kontribusi nyata. Kesatuan juga merupakan nilai yang harus dimiliki, sebab tanpa kesatuan, tidak akan terkumpul dan terorganisasi suatu kekuatan. Di atas dasar keseimbangan agama, terjadi hubungan antara individu yang bebas dan kelompok yang terorganisasi. Keduanya disatukan oleh akidah sebagai tujuan, ibadah sebagai jalan, dan syariat sebagai sumber rujukan. Berdasarkan gambaran tersebut, maka seluruh bentuk pemisah antar manusia, misalnya etnis atau wilayah, menyatu dalam Islam. Islam menjaga keseimbangan, tidak bersikap berat sebelah. Tujuan sejarah pertumbuhan awal Islam adalah tauhid, sebab ia berhadapan dengan realitas jahiliah yang paganistik-syirik. Ikatan etnis, nasional, dan sejarah terkadang mejadikan orang bersikap fanatik sehingga memutuskan hubungan dengan yang lain. Setelah Islam datang, sisa-sisa kejahiliahan tersebut masih ada. Memang Rasulullah saw. tidak mengutak-atik masalah kesukuan, tidak mengingkari ikatan hijrah atau primordial, dan tidak pula meremehkan batas-batas wilayah. Akan tetapi, Rasulullah saw. mengembangkan seluruh aspek tersebut menuju kemaslahatan yang lebih besar bagi umat Islam. Ketika terjadi keseimbangan antar urusan dan prioritas di antara beberapa hal yang kontradiktif, mulai dari yang sederhana (misalnya urusan keluarga, tetangga, dan kelompok) hingga yang kompleks (misalnya problema umat manusia sedunia), maka hal itu diletakkan dalam paradigma kebenaran dan keadilan, sehingga dinilai sebagai loyalitas terhadap Allah yang Maha Besar dan diatur oleh syariatnya yang tinggi (Lihat al-Baqarah: 62, Ali Imran: 102, an-Nisa: 135, al-Anfal: 72, at-Taubah: 117, al-Mu'minun: 51-52, dan al-Hujurat: 8-12. Simak pula hadits-hadits tentang keutamaan bermacam-macam suku, kaum, tempat, dan kurun waklu, kemudian lihatlah keutamaan umat dan makna-makna persatuannya). Selama realitas mengandung aneka ragam kekhasan masyarakat, maka keberagamaan mengalami kekhasan pula agar keduanya dapat sejalan. Jika daerah-daerah saling berjauhan sehingga penduduknya mengalami kesenjangan (terutama dalam hal informasi dan pemikiran, --peny.), maka dakwah Islam dapat dijalankan atas pertimbangan kondisi tempat dan hubungan antar penduduk diselaraskan dengannya, sehingga model pertahanan warganya didasarkan pada agama. Karena terdapat perbedaan masyarakat dengan kekhasannya masing-masing, maka pesan dakwah harus menggunakan bahasa mereka dan isi pernyataan yang disampaikan sejalan dengan sejarahnya. Ikatan antar masyarakat diciptakan dalam rangka beribadah kepada-Nya dan mereka dibebani tugas menegakkan Islam sesuai dengan perintah Allah SWT. Jadi, bila terdapat kekurangan potensi dalam masyarakat, maka mereka diberi beban sesuai dengan kapasitas pemahaman dan kemampuannya. Perbedaan-perbedaan natural tersebut merupakan ujian. Kondisi demikian merupakan kesempatan beribadah secara khusus dan bisa pula merupakan fitnah yang memancing kaum muslimin untuk merumuskan ciri-ciri khusus yang bersifat regional, nasional, dan sosial yang dilarang oleh Islam. Maka berubahlah hubungan menjadi fanatisme nasional, sejarah, kelas, atau kelompok yang menjauhkan manusia dari pola hubungan yang lebih tepat dan mulia. Kemudian mereka menundukkan kebenaran di bawah hawa nafsunya. Dalam kondisi absurd semacam itu, iman dapat meluaskan horison pemikiran umat manusia; dari duniawi semata menuju keseimbangan duniawi ukhrawi, dari wilayah yang terbatas menuju seluruh penjuru bumi, dan dari golongan menuju kemanusiaan universal. Islam memberi tugas secara spesifik untuk diintegrasikan dalam dimensi-dimensi yang umum. Islam juga menegakkan keseimbangan agar kesatuan tidak berdiri di atas kebebasan mutlak sehingga melenyapkan unsurunsur khasnya. Demikian pula kebebasan tidak diarahkan untuk menghancurkan pemerintahan, melainkan untuk merealisasikan kebaikan sepenuhnya secara kuantitatif dan kualitatif. Islam menyatukan umat secara keseluruhan dan Dar al-Islam sebagai acuan loyalitas keagamaan yang paling tinggi. Konsepsi Islam menghendaki negara dalam batas-batas yang luas di muka bumi dan menetapkan pusat kekuasaan sebagai pemersatu dan kepemimpinan yang paling besar. Negara harus selalu terbuka untuk umat, bahkan selalu berhubungan melalui berbagai bentuk kerja sama dan bersikap transparan demi masa depan, kecuali dalam hal-hal tertentu yang harus dijaga kerahasiaannya dalam rangka mengamankan eksistensi dan perjanjian negara. Hendaknya negara menimbang kemampuan pusat-pusat loyalitas masyarakat bawah dan daerah-daerah, serta komunitas dan kelompok-kelompoknya. Negara harus mampu menyeimbangkan hak-hak mereka dengan hak penguasa pusat. Dalam hal ini, negara-negara Arab merupakan contoh yang baik. Hanya saja model ini harus diperbolehkan mengandung unsur-unsur cabang, dalam pengertian tidak harus berbentuk sentralisasi. Seharusnya tetap mengarah pada terbentuknya negara yang lebih luas kawasannya dan lebih komprehensif komunitasnya. Negara-negara Arab harus mengakar pada wilayah-wilayah di bawah kekuasaannya dengan tujuan utama mengacu pada tercapainya keseimbangan dengan negara kesatuan yang terbesar. 2. Metode Integrasi Sesungguhnya realitas Islam-Arab berangkat dari berbagai kawasan yang memiliki batas-batas kuat yang dijamin oleh pemerintahan sultan yang terpisah serta menjalin kemaslahatan-kemaslahatan khusus dan fanatisme warganya. Di balik itu terdapat pola kearaban yang berlandaskan kebudayaan, kesejarahan, kebaikan, dan optimisme. Selain itu terdapat pola Islam dari negara Islam dan bangsa-bangsanya yang menyatu dengan Arab dalam akidah, warisan, dan kerja sama. Hal mendesak yang mesti diupayakan oleh gerakan kebangkitan Islam adalah mengadakan model integrasi dan menyatukan negara-negara yang terpisah-pisah. Sangat urgen mendiskursuskan apa dan bagaimana metode pengintegrasian yang dimaksud. Gerakan-gerakan kebangkitan Islam pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 telah menerapkan metode jihad untuk mengintegrasikan seluruh wilayah kaum muslimin. Gerakan yang paling terkenal adalah gerakan keluarga Fodio dan Umar al-Fauti di Afrika Barat serta al-Mahdi di Sudan. Kemungkinan, mereka mengidentikkan jihad dan ekspansinya dengan ekspansi orang-orang Islam masa lalu. Semangat pembebasan senantiasa mendorong mereka untuk tidak mengenal permusuhan dan tidak mendambakan tujuan lain selain menebarkan kebajikan bagi sekalian alam. Metode ini dapat diidentikkan dengan apa yang sekarang disebut revolusi. Pengidentikkan dengan masa awal Islam merupakan hal yang tidak tepat, sebab pemerintahan masa lalu berbentuk imperium yang sangat luas sehingga tidak memungkinkan berdirinya negara-negara Islam (dalam bentuk yang lebih kecil) di sekelilingnya. Mempertahankan imperium tersebut merupakan kewajiban semua anggota masyarakat, bila perlu dengan berjihad. Begitulah kondisi gerakan jihad pada masa silam dan begitu pula seharusnya perjuangan Islam dewasa ini, sebab pada hakikatnya dunia tidaklah berubah secara prinsipil. Bila pemerintah Islam menggerakkan revolusi jihad di suatu kawasan tertentu, maka mereka harus menetapkan batasan-batasan dan mengintegrasikan bumi masyarakat muslim di sekitarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa metode integrasi merupakan metode dominasi. Jika kondisi kawasan sebagai tempat kebangkitan Islam membutuhkan metode perlawanan yang serius, tentu hal itu akan menimbulkan goncangan untuk mencapai keseimbangan antara hal yang lama dengan yang baru, kemudian akan melahirkan ketidakstabilan hubungan antar negara tetangga karena dominasi sistem Islam. Mengenai perdebatan teoretis seputar penilaian terhadap benturan ini dan goncangan dalam teknik operasionalnya, hal tersebut dikembalikan pada keterbatasan dalam melihat dan memahami realitas serta kecenderungan hukum-hukum tambahan yang bersifat fragmentaris. Kebangkitan Islam tidak harus didominasi oleh jihad fisik. Kebangkitan ini memikat hati sebagian penguasa sehingga mereka memengaruhi pakar dan praktisi hukum dan politik dalam rangka mencapai tujuan-tujuan utama kebangkitan. Mereka memahami bahwa hukum-hukum politik dan sikap berhati-hati diperlukan demi keamanan dan stabilitas negara. Para penguasa itu memberikan kesempatan kepada gerakan kebangkitan Islam untuk berkembang tanpa menunjukkan sikap permusuhan dan kekerasan. Terkadang lingkungan politik memang bersifat bebas dan revolusioner sehingga menumbuhkan tradisi toleran. Masyarakat menerima perubahan dengan kesadaran, bukan dengan paksaan pemerintah. Kebangkitan yang didominasi oleh ajakan yang baik, kasih sayang, dan memperhatikan penahapan, dimaksudkan agar pandangan-dunia (worldview, weltanschaung) masyarakat selaras dengan dakwah tanpa dipaksa. Dengan teladan, bukan dengan paksaan. Islam tersebar dengan cara "sejuk" semacam itu di kalangan masyarakat jahiliah. Mereka merasa dilindungi dari penguasa diktator sehingga mereka memeluk Islam dengan senang hati. Kita harus memprioritaskan tersebarnya kebangkitan Islam di negeri-negeri muslim dengan damai. Keinginan tersebut dapat terlaksana bila kaum muslimin dibebaskan memilih demokrasi dan diberi kesempatan menentukan jalan hidup negerinya secara mandiri tanpa diganggu rezim otoriter dan intervensi negara asing. Sekiranya Allah SWT menghendaki kita menerapkan dua metode, yakni integrasi dakwah dan dakwah bertahap tanpa revolusi jihad yang frontal, maka strategi yang tepat adalah dengan mempersiapkan Dar al-Islam. Konsep ini dapat melunakkan batasan-batasan tajam antar bangsa Islam dalam berbagai aspek. Hendaklah pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa muslim memfasilitasi pendekatan ini dengan memperlancar sarana transportasi dan komunikasi, meningkatkan manajemen, mendistribusikan kekayaan, serta menyatukan pola hidup dan kerja sama yang berdasarkan syariat. Diharapkan, kondisi saling mempercayai akan tercipta dan motivasi kebangsaan yang islami semakin menguat, sehingga pada saatnya, kondisi tersebut akan mengakibatkan desentralisasi. Setiap wacana tentang integrasi menghajatkan adanya aturan kebangkitan Islam di berbagai penjuru dunia. 3. Tanah Air Arab Jika kita memiliki pemahaman yang benar mengenai perimbangan integrasi, pluralitas konsep-konsep keislaman, dan keseimbangan antara individu-kelompok, negara-publik, komunitas masyarakat, dan Dar al-Islam, maka benar pula prediksi terhadap masa depan integrasi Islam, sunnah dakwah, dan risalah yang dimulai dari sektor domestik (rumah tangga) hingga publik. Bukankah Arab merupakan masyarakat sekaligus negara? Arab dapat menjadi kesatuan masyarakat yang selama ini merupakan gugusan negara-negara yang terpecah belah. Gambaran di atas merupakan prediksi masa depan tentang Arab sebagai ikatan keluarga wilayah-wilayah dalam bangunan Islam. Bangsa-bangsa Arab merupakan satu rumpun secara geografis, sosial, dan historis. Oleh karenanya, integrasi Arab merupakan tahapan yang niscaya dalam proses pengintegrasian negara-negara muslim. Rencana ini dapat dimulai dari integrasi regional antar kota di Arab atau yang serupa itu. Perlu ditekankan agar upaya tersebut jangan sampai berhenti pada mekanisme tertutup dan tidak mempunyai jangkauan lebih luas bagi integrasi Arab dan kaum muslimin. Rencana ini akan semakin kokoh bila kita mempelajari kenyataan di Dunia Arab. Di antaranya adalah bahwa di sebagian kawasan Arab terdapat minoritas non-Arab dan non-muslim, sehingga landasan utama integrasi merupakan masalah y ang harus dipikirkan . Hal lain adalah bahwa sebagian negara Arab saling bertetangga dalam keislaman yang kokoh dan penduduknya pun saling berhubungan dengan baik. Realitas ini merupakan peluang untuk mengintegrasikan Arab dan Islam. Aspek lain yang harus digarisbawahi adalah eksistensi gerakan kebangkitan Islam telah mendasari motif berintegrasi dan metode-metodenya pun makin jelas, sehingga kekuatan kebangkitan Islam di negara-negara Arab dapat bergerak memengaruhi negara-negara di luar Arab. Merupakan keharusan bagi wacana kebangkitan Islam untuk berdialog dengan kelompok nasionalis Arab yang juga menginginkan integrasi. Sebelumnya, penulis menyatakan bahwa berdialog pada masa lalu merupakan langkah negatif. Ini karena nasionalisme yang didengungkan adalah nasionalisme yang merugikan umat Islam. Di samping itu terdapat afiliasi dengan aliran-aliran pemikiran sekularisme-materialisme Barat. Pada waktu itu, fanatisme etnis, kekafiran, dan permusuhan merupakan unsur yang menyertai nasionalisme Arab. Akan tetapi, perlu diingat bahwa nasionalisme merupakan ikatan integrasi yang dapat direkayasa para aktivis kebangkitan Islam dalam rangka mencapai integrasi negara-negara muslim. Meskipun nasionalisme Arab telah terimbasi nilai-nilai etnis, kultural, dan peradaban Barat, namun nasionalisme ini tidak menyerah pada ideologi etnis dan sekularisme. Pada umumnya yang mendukung nasionalisme adalah negara-negara yang mengungkapkan nilai-nilai intrinsik Arab dan tidak memusuhi Islam. Mereka berwatak nasionalis-religius. Para pemimpin politik Arab mengedepankan nasionalisme sebagai simbol menuju integrasi negara-negara Arab. Dalam realitas Dunia Arab terdapat keperluan-keperluan untuk mengintegrasikan nasionalisme ke dalam Islam. Sekalipun didukung oleh solidaritas yang kokoh seperti sekarang, nasionalisme tidak akan mampu menghadapi keinginan-keinginan kelompok di dalam negeri dan strategi belah bambu yang dilancarkan pihak imperialis. Kegagalan program-program integrasi yang telah dicanangkan menunjukkan keterbatasan motivasi integrasi nasional. Berarti program-program tersebut harus ditopang oleh motivasi integrasi keislaman yang aktif. Nasionalisme tidak mampu memberikan isi, tujuan, dan metode integrasi yang komprehensif sebagaimana Islam yang mempertegas pilar-pilar kehidupan yang integratif dan solider. Solidaritas merupakan motor penggerak integrasi serta petunjuk bagi metode dan strateginya. Selain itu, Islam dapat memberikan aspek-aspek kehidupan yang diperlukan masyarakat Arab, yaitu: spiritualitas, sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan secara umum. Nasionalisme tidak dapat berbicara dalam ruang lingkup Dunia Arab, sedangkan Islam mampu membuka dan memperluas spektrum kearaban sebagaimana yang pernah ditampilkan oleh sejarah. Bila para aktivis Islam dan kaum nasionalis tidak merasa terpanggil oleh semangat menghidupkan keislaman dan toleransi kemanusiaan melalui dialog yang beranjak dari integrasi nasionalisme dengan Islam, dikhawatirkan akan terjadi perpecahan di antara negara-negara Arab. Mungkin kaum nasionalis sedang mengamati perkembangan dakwah Islam dengan serius, kegagalan berbagai proyek integrasi, dan kekurangan-kekurangan lainnya, sehingga mereka menyadari bahwa semua itu merupakan penyakit yang mengakar. Tidak ada penyembuhan bagi penyakit tersebut melainkan dengan obat kultural yang orisinal dan menyeluruh yang bersumber pada nilai-nilai dan warisan Islam. Kemungkinan para aktivis Islam pun menyadari bahwa integrasi Arab --meskipun motivasi-motivasi utamanya telah berbaur dengan berbagai unsur-- tetap mempunyai akar sejarah yang terpaut dengan Islam. Insya Allah, fenomena temporal yang tidak menguntungkan bagi kebangkitan Islam akan lenyap, sehingga Arab tetap berpegang pada Islam. Pengagungan terhadap integrasi nasionalistis akan tenggelam dalam samudera keagungan Islam. Wallahu a'lam bish-shawab.