Wednesday, November 23, 2011

“Abi, when will we ever relax?” I wanted to share a moving story that I once heard and will always remember and cherish for its meanings. It’s the story of one of the great Imams of this Ummah, Imam Ahmad bin Hanbal. His son, Abdullah, asked his father one day: “Abi when will we ever relax?” His father, one of the greatest revivers of the Sunnah and a role model for all Muslims, looked him in the eye and said: “With the first step we take into Jannah.” Ya Allah, what a beautiful response! There are days that come to you and you’re tired, you just want to sleep and relax and “shut off” as they say. Those are the days in which you need to ask yourself a critical question: ‘Where am I going with life?’ If it’s towards Allah and for Allah, then regain your strength and continue your work, for Jannah is precious and must be sought. But if you look into your life and realise that it’s not towards Allah but towards Dunya, then your tiredness becomes a blessing, for it is a reminder that you need to change direction and renew your purpose in life. I love this story on many levels. For one, it shows you that when someone’s focus is Jannah, their priorities change and their outlook on life is different. What we perceive as difficulty, they perceive as ease. What we perceive as calamity, they perceive as reward. What we perceive as obstacles, they perceive as opportunities for sincere dua. Moreover, when your focus is Jannah, this Dunya and its constant demand becomes small and the least of our concerns. Also, I love the way the son began his question: “Abi” – a sweet way of addressing his father, and asked: “When will we ever relax?” If you notice, he didn’t say, “when will I relax Dad?” Even though he wanted to relax, he wasn’t selfish and also cared for his father’s condition. This also shows you that the father and son were working hard together. Again, when your focus is Jannah it reflects in your family, children, and those around you and everyone gears up towards that goal. Our problem today is not that we’re tired, our problem today is that we relax too much. We do everything so that we relax. We cheat, break promises, do not fulfill our vows, lie, take and give bribery, and so on. Why? So we can relax. We don’t stay up for Tahajjud or wake up for Fajr, we don’t fast, or go for Hajj and Umrah… all so we can relax. We don’t walk towards the Masjid or open the Book of Allah so we can understand it, all in the name of “I need to relax!” Dear brothers and sisters, there’s plenty of relaxation where we’re going, but this is not the time for it. Let’s all work for Jannah and be productive in the path of Allah, and work so hard that one day our children will approach us and ask: “Abi” or “Ummi”: “When will we ever relax?” and you can smile and look them in the eyes and say, “When we enter Jannah inshaAllah”. P.S. “It made me very sebak indeed. Subhanallah. Writer rindu pada Abah.”

TEMANI AKU SEHINGGA KE SYURGA...

Mari lewati lorong waktu, menyusuri jalan-jalan dunia yang penuh tipu daya, dengan kebersamaan. Tapaki pergiliran pagi, siang, petang dan malam, yang penuh liku, dengan persahabatan dalam keimanan. Di dunia ini, kita harus saling berpegangan tangan. Harus. Kita tak mungkin selamat mengharungi bahtera kehidupan yang sangat luas dengan ancaman badai fitnah ini, seorang diri. Kita tak dapat lolos dari ancaman fitnahnya dengan hanya mengandalkan kemampuan sendiri. Kerana, kita diciptakan sebagai makhluk yang penuh kelemahan dan mudah terpedaya. “Dan diciptakan manusia itu dalam keadaan lemah.” (Qs. An Nisa:28) Saudaraku, Kebersamaan dan pertemanan di jalan Allah lah yang akan menghantarkan kita menyelesaikan hidup dengan kebaikan. Persaudaraan, kebersamaan dan persahabatan di jalan Allah lah yang juga akan mengiringi kita pada kebahagiaan akhirat. Allah SWT memberitakan bahwa hanya pertemanan atas dasar iman dan takwalah yang abadi. “Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67). Ibnu Katsir mengatakan, “Seluruh pertemanan dan persahabatan yang tidak kerana Allah pada hari kiamat akan berubah menjadi permusuhan.” Begitu juga pesan Rasul SAW dalam haditsnya, yang menyebutkan bahwa kita akan dibangkitkan di hari kiamat bersama orang yang kita cintai. Saudaraku, Merenunglah. Siapa orang-orang yang kita cintai? Siapa orang-orang yang paling dekat dalam hidup dan hati kita? Siapa orang yang menghiasi ingatan kita? Siapa orang yang menemani langkah-langkah hidup kita? Orang solehkah dia? Mengajak pada kebaikan dan keridhaan Allah kah dia? Bayangkanlah persahabatan orang beriman di akhirat sebagaimana digambarkan oleh Ali bin Abi Thalib RA. “Ada dua orang mukmin yang bersahabat dan berteman akrab. Salah seorang di antara keduanya meninggal lebih dahulu dan ia mendapat berita gembira dengan syurga. Ketika itu ia mengingat teman akrabnya di kala di dunia lalu in berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya fulan adalah teman akrabku, dia yang menganjurkanku berlaku taat kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu. Dia yang mengajakku melakukan kebaikan dan mencegahku melakukan kemungkaran. Dia juga yang menyadarkanku akan pertemuan dengan-Mu. Ya Allah jangan Engkau sesatkan dia sepeninggalku sampai Engkau memperlihatkan kepada-nya kenikmatan yang Engkau berikan padaku dan sampai Engkau meridhainya sebagaimana Engkau ridha kepadaku,” Maka Allah berkata kepadanya, “Pergilah, seandainya engkau tahu yang Aku berikan kepadanya pasti engkau akan banyak tertawa dan sedikit menangis. “ Kemudian teman akrabnya itu meninggal dan ruh mereka bertemu. Dikatakan pada mereka, “Saling memujilah kalian kepada sahabat kalian.” Maka masing-masing mereka mengatakan, “Dia adalah sebaik-baik teman, sebaik-baik saudara, sebaik-baik sahabat….” Duhai indahnya. Pertemuan yang sangat mengesankan dan penuh kegembiraan. Saudaraku, Banyak kisah-kisah yang ditinggalkan para salafusoleh tentang keadaan mereka setelah meninggal dunia. Di antaranya disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitab Ar-Ruh. Abdullah bin Mubarak mengatakan, “Aku mimpi bertemu Sufyan Ats Tsauri beberapa hari setelah ia meninggal dunia. Aku bertanya padanya, “Apa yang Allah lakukan terhadapmu sekarang?” Ia menjawab, “Aku bertemu Muhammad (SAW) dan pasukannya..” Dalam kisah lain, Ibnu Abid Duniya menyebutkan sebuah riwayat dari Yaqzhah binti Rasyid yang bercerita, “Marwan Al Mahlamy adalah tetanggaku. Dulu dia seorang hakim dan bersungguh-sungguh dalam ibadah ketika meninggal dunia aku menangkap kegembiraan yang terpancar dari mukanya. Tak berapa lama setelah itu aku mimpi bertemu dengannya, seperti layaknya mimpi yang terjadi dalam tidur. Aku bertanya, “Wahai Abu Abdullah apa yang Allah lakukan terhadap dirimu.“ Ia menjawab, “Allah memasukkan aku ke dalam syurga,” jawab-nya. “Kemudian apalagi?” “Aku dipertemukan dengan golongan kanan,” jawabnya. Kemudian apa lagi?” “Aku dipertemukan dengan orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah.” Aku bertanya, “Siapa orang yang engkau lihat di sana?” tanyaku. “Aku melihat Al Hasan bin Sirrin dan Maimun bin Sayyah,” jawabnya. Seperti itulah keadaan mereka setelah meninggalkan dunia. Bertemu dengan orang-orang yang dahulunya menjadi teman dan penghias hari-hari mereka. Orang-orang soleh yang menjadi ingatan mereka dalam hidup. Mereka itulah yang akan menemaninya di alam akhirat. Saudaraku, Hati-hatilah menyusuri jalan kebersamaan dengan orang-orang soleh. Waspadalah untuk tidak melakukan penyimpangan, yang membuat kesenjangan diri kita dengan mereka. Salim bin Abi Ja’ad mengatakan bahwa Abu Darda pernah berkata, “Hendaklah seseorang berhati-hati bila ia dibenci oleh hati orang-orang beriman dari arah yang tidak ia sadari.” Kemudian sahabat Abu Darda bertanya, “Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan kata-kata itu?” Salim mengatakan bahwa ia tidak mengerti. Abu Darda menjelaskan, “Yaitu seorang hamba bermaksiat kepada Allah dalam keadaan sendiri lalu Allah menghunjamkan kemarahan-Nya dalam hati orang-orang beriman tanpa ia sadari.” (Al-Hilya: 1/215) Kemarahan hati orang beriman, adalah kesengsaraan. Kebencian orang-orang yang beriman adalah pangkal kesempitan dan penderitaan. Kerana merekalah sebenarnya yang dapat mengubah dunia dengan segala permasalahannya menjadi indah. Mulut-mulut merekalah yang menuangkan nasihat dan membicarakan kalimat demi kalimat yang dapat menentramkan hati. Lidah-lidah merekalah yang menyiram hati kita untuk senantiasa berada dalam keridhaan dan tidak terlalu jauh menyimpang dari ridha Allah SWT. Tangan-tangan merekalah yang menuntun kita. Telapak tangan merekalah yang tertengadah di malam sunyi dan gelap malam hingga memberi kekuatan iman dalam diri kita. Ingatlah sabda Rasulullah SAW tentang do’a seorang mukmin di tengah malam yang dijamin diterima Allah SWT. Saudaraku, Bersahabat dengan mereka, akan mendekatkan kita pada Allah. Dan ketaatan kita pada Allah, juga akan mendekatkan kita pada mereka. Ibnu Asakir meriwayatkan, Abu Darda‘ menulis surat pada Maslamah bin Makhlad. “Seorang hamba jika ia telah berbuat kebajikan untuk taat kepada Allah, maka Allah mencintainya. Bila Allah telah mencintainya, Allah akan menjadikan makhluk cinta padanya. Dan bila ia bermaksiat pada Allah, maka Allah akan memarahinya. Bila ia telah dimarahi olehNya, Maka Allah akan menjadikan seluruh makhluk benci padanya.” (Al Kanz, 8/255) Semoga Allah menghimpun kita dalam golongan orang-orang yang mendapat ridha-Nya di akhirat. Amin Allahuma amin..

Thursday, November 17, 2011

Sultan Muhammad Al-Fatih Dan Pembukaan Istanbul 1453M

Pengenalan Istanbul atau yang dulunya dikenali sebagai Costantinople, adalah salah sebuah bandar nostalgia dunia. Tidak setakat tercatat oleh tinta Sejarah Islam, bahkan statusnya sebagai salah sebuah bandar utama dunia, pasti mengundang seisi alam manusia untuk meninjau dan menghubungkan sejarah kegemilangan masing-masing dengannya Istanbul diasaskan pada tahun 330M oleh Maharaja Byzantine iaitu Costantine I. Kedudukannya yang strategik, diungkapkan oleh Napoleon Bonapart sebagai, “…kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Costantinople inilah yang paling layak menjadi ibu negaranya!”. Costantinople telah pun menjadi ibu negara Empayar Byzantine semenjak penubuhannya. Ini menjadikan bandar berkenaan sebagai salah sebuah bandar terbesar dan utama dunia. Kedudukan Costantinople yang sedemikian rupa, meletakkan ia di kedudukan yang istimewa apabila umat Islam memulakan agenda pertembungan mereka dengan Empayar Byzantine. Rasulullah SAW telah pun beberapa kali memberikan khabar gembira tentang pembukaan kota ini di tangan umat Islam seperti yang dinyatakan oleh Baginda SAW di dalam peperangan Khandak. Sabda baginda SAW : “Sesungguhnya Costantinople itu pasti akan dibuka. Sebaik-baik ketua adalah ketuanya, dan sebaik-baik tentera adalah tenteranya” Terdapat banyak lagi hadith lain seperti ini dan ia menimbulkan keghairahan para khalifah dan pemimpin Islam untuk berusaha menawan kota Costantinople berkenaan. Usaha pertama dilancarkan pada tahun 44H iaitu di zaman Muawiyah bin Abi Sufian RA. Akan tetapi, usaha berkenaan gagal dan Abu Ayyub Al-Ansari yang merupakan salah seorang sahabat Nabi yang menyertainya, syahid di pinggir kota Costantinople berkenaan. Manakala di zaman Sulaiman bin Abdul Malik pula, Khilafah Umayah telah menyediakan pasukan terhandal untuk menawan kembali kota berkenaan pada tahun 98H tetapi masih belum diizinkan oleh Allah SWT. (rujuk Al- Ibar oleh Ibnu Khaldun 3 / 70 dan Tarikh Khalifah bin Khayyath ms. 315) Di zaman pemerintahan kerajaan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk usaha di zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid tahun 190H. Selepas kejatuhan Baghdad tahun 656H, usaha menawan Costantinople diteruskan pula oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Minor (Anatolia) terutamanya Kerajaan Seljuk. Pemimpin masyhurnya, Alp Arslan (455-465H / 1063-1072M) telah berjaya mengalahkan Maharaja Rum, Dimonos, pada tahun 463H / 1070M. Beliau telah menangkap lalu memenjarakannya sebelum dibebaskan dengan persetujuan untuk membayar jizyah tahunan kepada Kesultanan Seljuk. Peristiwa ini telah meletakkan sebahagian besar Empayar Rom di bawah pengaruh Kerajaan Islam Seljuk. Bagaimana pun, selepas daripada merosot dan jatuhnya Kerajaan Seljuk berkenaan, terbentuk pula beberapa kerajaan kecil di Anatolia. Antaranya ialah kerajaan Seljuk Rum yang telah berjaya meluaskan kekuasaannya sehingga ke pantai Laut Ege di barat, seterusnya melemahkan pengaruh dan kekuasaan Empayar Rom. Costantinople Dan Daulah Othmaniyyah Di awal kurun ke-8 hijrah / 14M, Daulah Othmaniyyah telah mengadakan persepakatan bersama Seljuk Rum yang ketika itu berpusat di bandar Konya. Persepakatan ini memberikan nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menawan Costantinople. Usaha awal yang dibuat ialah di zaman Sultan Yildrim Beyazid yang mana beliau telah berjaya mengepung kota itu pada tahun 796H / 1393M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Beyazid untuk memaksa Maharaja Byzantine menyerahkan Costantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya itu menemui kegagalan dengan kedatangan bantuan Eropah dan dalam masa yang sama, tentera Mongol di bawah pimpinan Timurlank telah menyerang Daulah Othmaniyyah. Serangan itu dikenali sebagai Perang Ankara dan ini telah memaksa Sultan Beyazid untuk menarik balik tenteranya bagi mempertahankan negara dari serangan Mongol. Dalam peperangan itu, beliau telah ditawan dan kemudiannya meninggal dunia pada tahun 1402M. Kejadian itu telah menyebabkan idea untuk menawan Costantinople terhenti untuk beberapa ketika. Selepas Daulah Othmaniyyah mencapai ke peringkat yang lebih maju dan tersusun, roh jihad telah hidup semua dengan nafas baru. Semangat dan kesungguhan yang ada itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863H / 1421-1451M) untuk meneruskan usaha menawan Costantinople. Beberapa usaha telah berjaya dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama berlaku pengkhianatan di pihak umat Islam. Mahajara Byzantine telah mengambil peluang ini untuk menabur fitnah dan mengucar-kacirkan saf tentera Islam. Usaha Sultan Murad II itu tidak berjaya sampai ke sasarannya sehinggalah di zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih, sultan ke-7 Daulah Othmaniyyah. Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah meneliti dan meninjau usaha ayahnya menawan Costantinople. Bahkan beliau terus mengkaji tentang usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keazaman yang kuat untuk beliau meneruskan cita-cita umat Islam zaman berzaman itu. Ketika menaiki takhta pada tahun 855H / 1451M, beliau telah mula berfikir dan menyusun strategi untuk menawan kota berkenaan.. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih banyak terletak pada ketinggian peribadinya. Semenjak kecil, beliau telah ditarbiah secara intensif oleh para ulamak terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, iaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Ismail Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Ketika itu, Amir Muhammad adalah ketua bagi kawasan Manisa. Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ulamak untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diendahkan oleh Amir Muhammad. Lalu, beliau menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika beliau membantah tunjuk ajar gurunya. Apabila beliau menemui Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh baginda Sultan, Amir Muhammad ketawa lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani dengan begitu kuat sekali. Peristiwa ini telah menimbulkan kesan yang mendalam pada diri Amir Muhammad lantas selepas itu beliau terus menghafal Al-Quran dalam masa yang singkat Tarbiah yang diberikan oleh para ulamak murabbi itu memberikan pengaruh yang besar, bukan hanya kepada peribadi Sultan, bahkan kepada corak pemerintahan dan adat resam Daulah Othmaniyyah itu sendiri. Sekiranya Sultan melakukan kesilapan, murabbinya itu akan menegur. Sultan juga dipanggilnya dengan nama dan apabila bersalam, Sultan yang akan mencium tangan ulamak yang menjadi murabbinya itu.Dengan tarbiah yang teliti dan penuh terhormat seperti ini, tidak hairanlah jika peribadiperibadi yang unggul seperti Muhammad Al-Fatih lahir menempa nama di persada sejarah.. Asy-Syeikh Ak Semsettin Dalam masa yang sama Asy-Syeikh Ak Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Namanya yang sebenar ialah Muhammad bin Hamzah Ad-Dimasyqi Ar-Rumi yang mana nasabnya sampai kepada Saidina Abu Bakar As-Siddiq RA. Beliau mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu asas iaitu Al-Qur'an, Al-Hadith, Feqah, Linguistik (Arab, Parsi dan Turki) dan juga ilmu kemahiran yang lain seperti Matematik, Falak, Sejarah, Ilmu Peperangan dan sebagainya. Semenjak kecil, Syeikh Ak Semsettin berjaya meyakinkan Amir Muhammad bahawa beliau adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadith pembukaan Costantinople berkenaan. Apabila beliau menaiki takhta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Ak Semsettin bagi menyiapkan bala tentera ke arah penawanan Costantinople, demi merealisasikan hadith Rasulullah SAW berkenaan. Peperangan yang maha hebat itu memakan masa selama 54 hari. Sultan Muhammad Al-Fatih sangat menyayangi Syeikh Ak Semsettin. Beliau mempunyai kedudukan yang istimewa pada diri Sultan Muhammad Al-Fatih dan ini sangat jelas dinyatakan oleh beliau ketika pembukaan Istanbul, "...sesungguhnya kamu semua melihat aku gembira sekali. Kegembiraanku ini bukanlah semata-mata kerana kejayaan kita menawan kota ini, akan tetapi ia adalah kerana hadirnya di sisiku syeikhku yang mulia, dialah pendidikku, Asy-Syeikh Ak Semsettin." Persediaan Ke Arah Penawanan Sultan Muhammad Al-Fatih telah membuat persediaan yang besar ke arah mencapai matlamatnya menawan Costantinople. Beliau telah menyediakan mujahid seramai kira-kira 250,000 dan ini merupakan angka yang begitu besar jika dibandingkan dengan tentera negara lain di zaman itu. Para mujahid berkenaan diberikan latihan intensif dan sentiasa diperingatkan dengan pujian Rasulullah SAW kepada tentera yang akan menawan Costantinople itu nanti Beliau telah membina Kota Rumeli (Rumeli Hisari) di tebing Eropah Selat Bosphorus iaitu di bahagian tersempit antara tebing Asia dan Eropah. Kota yang berhadapan dengan kota binaan Sultan Beyazid di sebelah tebing Asia ini, mempunyai peranan yang besar dalam usaha mengawal lalu lintas di selat tersebut. Maharaja Byzantine telah berusaha gigih untuk menghalang Sultan Muhammad Al-Fatih daripada membina kota berkenaan tetapi gagal menghalangnya. Sultan Muhammad Al-Fatih juga berusaha untuk mempertingkatkan kelengkapan senjatanya. Beliau telah menapatkan khidmat pakar membina meriam bernama Orban. Beberapa meriam telah dibina termasuk Meriam Diraja yang masyhur. Catatan menceritakan betapa meriam ini adalah yang terbesar di zaman berkenaan. Beratnya beratus tan dan memerlukan beratus tenaga tentera untuk mengangkutnya. Beliau juga menyediakan kira-kira 400 buah kapal laut untuk tujuan yang sama. Sebelum serangan dibuat, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mengadakan perjanjian dengan musuh-musuh yang lain. Ini merupakan strategi yang penting supaya seluruh tenaga dapat ditumpukan kepada musuh yang satu tanpa ada sebarang ancaman yang berada di luar jangkaan. Antaranya ialah perjanjian yang dibuat dengan kerajaan Galata yang berjiran dengan Byzantine. Perkembangan ini sangat membimbangkan Maharaja Byzantine lantas pelbagai cubaan dibuat untuk menawan hati Sultan Muhammad Al- Fatih supaya membatalkan hasratnya. Hadiah dan rasuh cuba dibuat untuk tujuan berkenaan. Akan tetapi semuanya menemui kegagalan. Keazaman yang begitu kuat pada diri Sultan Muhammad Al-Fatih telah mendorong Maharaja Byzantine berusaha mendapatkan pertolongan daripada negara-negara Eropah. Tanpa segan silu, beliau memohon pertolongan dari kepimpinan gereja Katholik, sedangkan ketika itu semua gereja di Costantinople bermazhab Orthodoks. Atas dasar bermuka-muka demi mengekalkan kuasanya, Maharaja Byzantine telah mengaku bersetuju untuk menukar mazhab di Costantinople demi menyatukan kedua-dua aliran yang saling bermusuh itu. Wakil telah dihantar dari Eropah ke Costantinople untuk tujuan berkenaan. Beliau telah berkhutbah di Gereja Aya Sofya menyatakan ketundukan Byzantine kepada Katholik. Akan tetapi hal ini telah menimbulkan kemarahan penduduk Costantinople yang bermazhab Orthodoks. Sehinggakan ada di antara pemimpin Orthodoks berkata, "sesungguhnya aku lebih rela melihat di bumi Byzantine ini serban para orang Turki (muslim) daripada aku melihat topi Latin!"Situasi ini telah mencetuskan pemberotakan rakyat terhadap keputusan maharaja yang dianggap khianat. Serangan Costantinople mempunyai keistimewaannya yang tersendiri dari aspek geografi. Ia dikelilingi oleh lautan dari tiga penjuru iaitu Selat Bhosphore, Laut Marmara Dan Perairan Tanjung Emas (Golden Horn) yang dihalang pintu masuknya oleh rantai besi raksasa. Ia berfungsi menghalang kapal daripada masuk ke pintu utama Kota Costantinople. Selepas melalui proses persiapan yang teliti, akhirnya Sultan Muhammad Al-Fatih telah tiba di hadapan kota Costantinople pada hari Khamis 26 Rabiul Awal 857H bersamaan 6 April 1453M. Di hadapan tentera yang menjangkau jumpa 250 ribu, Al-Fatih telah menyampaikan khutbah mengingatkan para mujahid tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah SWT dsb. Beliau juga membacakan ayat-ayat Al-Quran mengenainya serta hadith Nabi SAW tentang pembukaan kota Costantinople. Ini semua memberikan kesan semangat yang tinggi dan jitu pada bala tentera itu lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah SWT. Kehadiran para ulamak di tengah-tengah saf para mujahid itu juga menebalkan lagi keazaman mereka untuk menunaikan kewajipan jihad tersebut. Keesokan harinya, Sultan Muhammad Al-Fatih telah menyusun dan membahagikan tenteranya kepada tiga kumpulan. Pertamanya adalah kumpulan utama yang bertugas mengawal kota yang mengelilingi Costantinople. Di belakang kumpulan utama itu adalah tentera simpanan yang bertugas menyokong tentera utama di hadapan. Meriam Diraja telah dihalakan ke pintu Topkapi. Pasukan pengawal juga diletakkan di beberapa kawasan strategik seperti kawasan-kawasan bukit di sekitar Kota Byzantine itu. Kapal-kapal laut Othmaniyyah juga diletakkan di sekitar perairan yang mengelilingi Costantinople. Akan tetapi kapal-kapal berkenaan tidak berjaya memasuki perairan Tanjung Emas disebabkan oleh kehadiran rantai raksasa yang mengawal pintu masuk. Semenjak hari pertama serangan, tentera Byzantine telah berusaha keras menghalang tentera Othmaniyyah daripada merapati pintu-pintu masuk kota mereka. Tetapi serangan strategik tentera Islam telah berjaya mematahkan halangan itu, ditambah pula dengan serangan meriam dari pelbagai sudut. Bunyi meriam itu telah menimbulkan rasa takut yang amat sangat kepada penduduk Costantinople sehingga menjejaskan semangat mereka untuk bertahan. Tentera Laut Othmaniyyah telah mencuba beberapa kali untuk melepasi rantai besi di pintu masuk Tanjung Emas. Dalam masa yang sama, panahan diarahkan kepada kapal-kapal Byzantine danEropah yang tiba untuk membantu. Walau bagaimana pun usaha ini tidak berjaya, dan ini memberikan semacam semangat di awalnya kepada penduduk Costantinople. Para paderi berjalan di lorong-lorong kota, mengingatkan penduduk supaya membanyakkan sabar serta terus berdoa kepada Jesus dan Maryam supaya menyelamatkan Costantinople. Maharaja Byzantine juga berulang-alik ke Gereja Aya Sofya untuk tujuan yang sama. Perjanjian Al-Fatih Dengan Maharaja Costantine Maharaja Costantine mencuba sedaya upayanya untuk menundukkan Al- Fatih. Pelbagai hadiah dan tawaran dikemukakan demi untuk menyelamatkan kedudukannya itu. Akan tetapi Al-Fatih tidak menerima kesemua tawaran itu sebaliknya memberi kata putus supaya Costantinople diserahkan kepada Daulah Othmaniyyah secara aman. Al-Fatih berjanji, jika Costantinople diserahkan secara aman, tiada seorang pun yang akan diapaapakan bahkan tiada gereja dan harta benda penduduk Costantinople yang akan dimusnahkan. Antara isi kandungan risalahnya itu, "... serahkan empayar kamu, kota Costantinople. Aku bersumpah bahawa tenteraku tidak akan mengancam sesiapa sama ada nyawa, harta dan kehormatannya. Mereka yang mahu terus tinggal dan hidup dengan amat sejahtera di Costantinople, bebas berbuat demikian. Dan sesiapa yang mahu meninggalkan kota ini dengan aman sejahtera juga dipersilakan". Walaupun begitu, kepungan tentera Al-Fatih masih belum sempurna disebabkan oleh rantai besi yang melindungi pintu masuk Tanjung Emas itu. Dalam pada itu, para mujahid tetap terus melancarkan serangan demi serangan dan pada 18 April 1453M, pasukan penyerang Othmaniyyah telah berjaya memecah tembok Byzantine di Lembah Lycos yang terletak di sebelah barat kota. Tentera Byzantine telah berusaha sedaya upayanya untuk mempertahankan kota dari serangan itu. Pertempuran sengit berlaku bersama iringan hujan anak panah yang amat dahsyat. Pada hari yang sama, beberapa buah kapal laut Othmaniyyah telah cuba merempuh rantai besi di Tanjung Emas. Akan tetapi, gabungan tentera laut Byzantine dan Eropah telah berjaya menangkis serangan itu bahkan beberapa buah kapal laut Othmaniyyah telah musnah menyebabkan yang lain terpaksa pulang ke kawasan masing-masing untuk mengelakkan kemusnahan yang berterusan. Dua hari selepas serangan itu, berlaku sekali lagi serangan laut antara kedua belah pihak. Sultan Muhammad Al-Fatih sendiri mengawasi misi berkenaan dari pantai. Beliau telah menghantar utusan kepada tentera laut yang sedang berperang. Katanya, ".. sama ada kamu tawan kapal-kapal itu atau pun kamu tenggelamkan sahaja kesemuanya. Sekiranya kamu gagal, maka jangan pulang kepada kami sedangkan kamu semua hidup!". Ketika itu juga, Sultan Muhammad Al-Fatih menunggang kudanya sehingga ke gigi laut sambil menjerit dengan sekuat hati nama ketua misi berkenaan, Palta Oglu, untuk memberikan semangat. Kesungguhan Al-Fatih itu, menaikkan semangat tenteranya. Namun, tentera kristian berjaya juga mematahkan serangan mujahidin walaupun mereka bersungguh- sungguh melancarkan serangan demi serangan. Kegagalan tersebut menyebabkan Sultan Muhammad Al-Fatih menjadi begitu marah lalu memecat Palta Oglu dan digantikan dengan Hamzah Pasha. Kegagalan serangan tersebut telah memberikan kesan yang besar kepada tentera Othmaniyyah. Khalil Pasha yang merupakan wazir ketika itu cuba untuk memujuk Al-Fatih supaya membatalkan serangan serta menerima sahaja perjanjian penduduk Costantinople untuk tunduk kepada Daulah Othmaniyyah tanpa menakluknya. Cadangan itu ditolak mentah-mentah oleh Al-Fatih. Kini tiba masanya beliau berfikir tentang helah untuk tentera laut Othmaniyyah berjaya membolos Tanjung Emas... Keajaiban Tentera Othmaniyyah Sultan Muhammad Al-Fatih telah menemui satu kaedah luar biasa untuk membawa kapalnya masuk ke perairan Tanjung Emas. Kaedah yang tidak pernah terfikir oleh mana-mana tentera sebelumnya untuk melakukannya. Beliau telah memanggil tenteranya dan menyarankan kepada mereka supaya membawa kapal-kapal itu masuk ke perairan Tanjung Emas melalui jalan darat! Malam itu juga, tentera Othmaniyyah dengan semangat dan kekuatan luar biasa telah berjaya menarik 70 kapal dari pantai Besiktas ke Galata melalui bukit yang begitu tinggi dengan jarak melebihi 3 batu! Sesungguhnya kejadian ini sangat luar biasa dan di luar bayangan manusia hingga ke hari ini. Pagi 22 April itu, penduduk Costantinople dikejutkan dengan laungan takbir dan nasyid para mujahidin di Tanjung Emas. Tiada siapa yang dapat membayangkan bagaimana semua itu boleh berlaku hanya pada satu malam. Bahkan ada yang menyangka bahawa tentera Al-Fatih mendapat bantuan jin dan syaitan! Yilmaz Oztuna di dalam bukunya Osmanli Tarihi menceritakan bagaimana seorang ahli sejarah Byzantine berkata, "Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini. Muhammad Al- Fatih telah menukar darat menjadi lautan, melayarkan kapalnya di puncak gunung dan bukannya di ombak lautan. Sesungguhnya Muhammad Al-Fatih dengan usahanya ini telah mengatasi Alexander The Great!" Costantine telah bermesyuarat dengan para pemimpin kerajaan Byzantine tentang strategi seterusnya, tetapi mereka gagal mencapai kata sepakat. Costantine menolak cadangan supaya beliau sendiri pergi mendapatkan pertolongan daripada umat kristian di Eropah bahkan tetap dengan keputusannya untuk mempertahankan Costantinople hingga ke titisan darah yang terakhir. Serangan Besar-besaran Mujahidin Dengan kedudukan tentera Othmaniyyah yang sudah semakin mantap, Sultan Muhammad Al-Fatih telah melancarkan serangan besar-besaran ke benteng terakhir Byzantine. Tembakan meriam yang telah memusnahkan sebuah kapal dagang di Tanjung Emas, menyebabkan tentera Eropah yang lain lari ketakutan. Mereka telah meninggalkan pertempuran melalui kota Galata. Semenjak kejayaan kapal mujahiden memasuki perairan Tanjung Emas, serangan dilancarkan siang dan malam tanpa henti. Laungan takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" yang mengisi ruang angkasa Costantinople telah memberikan semacam serangan psikologi kepada penduduk kota berkenaan. Seakan mendengar panahan petir, semangat mereka terus luntur dengan ancaman demi ancaman kalimah tauhid tentera Al-Fatih itu. Dalam masa yang sama, Al-Fatih dan tenteranya sentiasa mengejutkan mereka dengan seni perang yang baru sehingga menggawatkan pertahanan tentera salib itu. Ketika ribut yang ada belum reda, penduduk Costantinople menyedari bahawa tentera Islam telah mengorek terowong untuk masuk ke pusat kota. Ketakutan melanda penduduk sehingga mereka curiga dengan bunyi tapak kaki sendiri. Merasakan yang bila-bila masa sahaja tentera 'Turki' akan keluar dari perut bumi berikutan dengan pembinaan terowong itu. Usaha Damai Terakhir Sultan Muhammad Al-Fatih yakin bahawa kemenangan semakin hampir. Kecintaannya kepada Costantinople yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW, mendorong beliau untuk terus berusaha agar Costantine menyerah kalah tanpa terus membiarkan kota itu musnah. Sekali lagi beliau menghantar utusan meminta Costantine supaya menyerahkan Costantinople secara aman. Apabila utusan berkenaan sampai kepadanya, Costantine telah berbincang dengan para menterinya. Ada yang mencadangkan supaya mereka menyerah kalah dan ada pula yang mahukan pertahanan diteruskan hingga ke penamat. Costantine akhirnya bersetuju dengan pandangan kedua lantas menghantar maklum balas dengan katanya, "... syukur kepada Tuhan kerana Sultan mahukan keamanan dan bersedia menerima pembayaran jizyah. Akan tetapi Costantine bersumpah untuk terus bertahan hingga ke akhir hayatnya demi takhta... atau mati sahaja dan dikuburkan di kota ini!". Apabila jawapan Costantine ini diterima, Al-Fatih menjawab, "Baiklah... tidak lama lagi akan terhasil bagiku di Costantinople itu sama ada takhta atau keranda...!". Perbincangan dilakukan oleh Al-Fatih tentang strategi seterusnya. Pelbagai kemungkinan dipertimbangkan dan akhirnya keputusan dibuat untuk meneruskan rancangan menawan Costantinople sebagaimana yang telah disusun. Hari Kemenangan Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tenteranya telah berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Mereka membanyakkan solat, doa dan zikir dengan harapan Allah SWT akan memudahkan kemenangan. Para ulamak pula memeriksa barisan tentera sambil memberi semangat kepada para mujahidin. Mereka diperingatkan tentang kelebihan jihad dan syahid serta kemuliaan para syuhada' terdahulu khususnya Abu Ayyub Al-Ansari RA. "...sesungguhnya apabila Rasulullah SAW tiba di Madinah ketika kemenangan hijrah, baginda SAW telah pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Ansari. Sesungguhnya Abu Ayyub telah pun datang (ke Costantinople) dan berada di sini!" Kata-kata ini telah membakar semangat tentera Al-Fatih hingga ke kemuncaknya. Dalam masa yang sama, penduduk Costantine melakukan upacara peribadatan secara bersungguh-sungguh dengan harapan Tuhan akan membantu mereka... Tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jamadil Awal 857H / 29 Mei 1453M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Penduduk Costantinople telah berada di kemuncak ketakutan mereka pagi itu. Mujahidin yang sememangnya menginginkan syahid, begitu berani menyerbu tentera salib di kota itu. Tentera Othmaniyyah akhirnya berjaya menembusi kota Costantinople melalui Pintu Edirne dan mereka telah mengibarkan bendera Daulah Othmaniyyah di puncak kota. Costantine yang melihat kejadian itu berasa putus asa untuk bertahan lantas menanggalkan pakaian maharajanya supaya tidak dikenali musuh. Akhirnya beliau menemui ajal dalam keadaan yang amat mengaibkan. Berita kematian Costantine telah menaikkan lagi semangat tentera Islam untuk menyerang. Begitu juga sebaliknya, bagaikan pokok tercabut akar, tentera salib menjadi kucar kacir apabila berita kematian maharajanya tersebar. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentera Al-Fatih, akhirnya berjaya sampai ke cita-cita mereka. Kejayaan menguasai Costantinople telah disambut dengan penuh rasa syukur oleh Al-Fatih serta... seisi langit dan bumi. Beliau bertitah, ".. Alhamdulillah, semoga Allah merahmati para syuhada', memberikan kemuliaan kepada mujahidin, serta kebanggaan dan syukur buat rakyatku" Sebaik-baik Ketua Dan Tentera Pada hari itu, majoriti penduduk Costantinople bersembunyi di gereja-gereja sekitar kota. Sultan Muhammad Al-Fatih berpesan kepada tenteranya supaya bermuamalah dengan baik kepada penduduk Costantinople sambil mengucapkan tahniah kepada tenteranya yang berjaya merealisasikan sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Costantinople itu pasti akan dibuka. Sebaik-baik ketua adalah ketuanya, dan sebaik-baik tentera adalah tenteranya” Dengan penuh rasa syukur dan tawadhu, Sultan Muhammad Al-Fatih telah sujud ke bumi mengucapkan sebesar-besar syukur ke hadrat Allah atas kemenangan bersejarah itu. Beliau kemudiannya menuju ke Gereja Aya Sofya yang ketika itu menjadi tempat perlindungan sejumlah besar penduduk kota berkenaan. Ketakutan jelas terbayang di wajah masing-masing bilamana beliau menghampiri pintu. Salah seorang paderi telah membuka pintu gereja, dan Al-Fatih meminta beliau supaya menenangkan sekalian mereka yang ada. Dengan toleransi Al-Fatih, ramai yang keluar dari tempat persembunyian masingmasing bahkan ada di kalangan paderi yang terus menyatakan keislaman mereka. Selepas itu, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mengarahkan supaya gereja berkenaan ditukar menjadi masjid supaya Jumaat pertama nanti akan dikerjakan solat di masjid ini. Para pekerja bertugas bertungkus lumus menanggalkan salib, patung dan gambar-gambar untuk tujuan berkenaan. Pada hari Jumaat itu, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama para muslimin telah mendirikan solat Jumaat di Masjid Aya Sofya. Khutbah yang pertama di Aya Sofya itu telah disampaikan oleh Asy-Syeikh Ak Semsettin. Pada hari itu juga Sultan Muhammad Al-Fatih telah bersumpah bahawa barangsiapa yang menukar Masjid Aya Sofya kembali kepada gereja, maka akan berolehlah kutukan dan laknat darinya dan Tuhan Masjid Aya Sofya itu. Nama Costantinople kemudiannya ditukar kepada "Islam Bol", yang bermaksud "Bandar Islam" dan kemudiannya dijadikan sebagai ibu negara ketiga Khilafah Othmaniyyah selepas Bursa dan Edirne . Kekallah bumi yang mulia itu sebagai pusat pemerintahan, ketamadunan, keilmuan dan keagungan Islam berkurun lamanya.. sehinggalah Khilafah Othmaniyyah ditamatkan sejarahnya oleh Mustafa Kemal Ataturk secara rasminya pada tahun 1924M. Aya Sofya kembali dikristiankan oleh Ataturk atas nama muzium. Gambargambar syirik kembali bertempelan di kubah masjid yang berdukacita itu. Manifesto Parti Refah pada pilihanraya yang lalu untuk mengembalikan Masjid Aya Sofya ke kegemilangan sejarahnya, berkubur buat sementara dengan pengharaman parti itu beberapa tahun yang lalu. Sesungguhnya seluruh umat Islam merindukan suara azan membesarkan Allah kembali berkumandang di menara Aya Sofya. Semoga Istanbul kembali ke pangkuan Islam dan muslimin. Amien ya Rabbal 'Alamin....

Monday, November 14, 2011

SEKETUL KEJU DAN SEHELAI TUALA KECIL

Seorang gadis datang menemui Rasulullah dengan tangan kanannya disorokkan ke dalam poket bajunya. Dari raut wajahnya, anak gadis ini sedang menanggung kesakitan yang amat sangat. Lalu Rasulullah menegurnya. "Wahai anakku, kenapa wajahmu menampakkan kamu sedang kesakitan dan apa yang kamu sorokkan di tanganmu?" Lalu gadis malang inipun menceritakan hal yang berlaku padanya :- "Ya,Rasulullah, sesungguhnya aku adalah anak yatim piatu. Malam tadi aku telah bermimpi dan mimpiku itu telah membuatkan aku menanggung kesakitan ini." Balas gadis tadi. "Jika tidak jadi keberatan, ceritakanlah mimpimu itu wahai anakku." Rasulullah mula tertarik dengan penjelasan gadis tersebut."Aku bermimpi berjumpa ibuku di dalam neraka. Keadaannya amat menyedihkan. Ibuku meminta diberikan air kerana dia amat dahaga kerana kepanasan api neraka itu hingga peluh tidak sempat keluar kerana kekeringan sekelip mata." Gadis itu berhenti seketika menahan sebak. "Kemudian kulihat ditangan kirinya ada seketul keju dan ditangan kanannya ada sehelai tuala kecil.Beliau mengibas-ngibaskan kedua-dua benda tersebut untuk menghalang api dari membakar tubuhnya. Lantas aku bertanya ibuku, kenapa dia menerima balasan sebegitu rupa sedangkan ketika hidupnya ibuku adalah seorang hamba yang patuh dengan ajaran islam dan isteri yang taat kepada suaminya? Lalu ibuku memberitahu bahawa ketika hidupnya dia amat bakhil. Hanya dua benda itu sahaja iaitu seketul keju dan sehelai tuala kecil pernah disedekahkan kepada fakir. Yang lainnya hanya untuk bermuka-muka dan menunjukkan kelebihan hartanya sahaja. Lalu aku terus mencari ayahku. Rupanya beliau berada di syurga dan sedang menjamu penghuni syurga dengan makanan yang lazat dan minuman dari telaga nabi. Ayahku memang amat terkenal kerana sikapnya yang dermawan dan kuat beramal. Lalu aku bertanya kepada ayahku. "Wahai ayah, ibu sedang kehausan dan menaggung azab di neraka.Tidakkah ayah ingin membantu ibu sedangkan di dunia kulihat ibu amat mentaatimu dan menurut perintah agama. Lalu dijawab oleh ayahnya. Sesungguhnya beliau dan semua penghuni syurga telah dilarang oleh Allah dari memberi walau setitik air kepada isterinya kerana itu adalah pembalasan untuk kebakhilan yang dilakukan ketika didunia.. Oleh kerana kasihan melihat azab yang diterima oleh ibuku, aku lantas menceduk sedikit air mengguna tapak tangan kananku lalu dibawa ke neraka. Belum sempat air tersebut mencecah bibir ibuku, api neraka telah menyambar tanganku sehingga melecur. Seketika itu juga aku tersedar dan mendapati tapak tanganku melecur teruk. Itulah sebabnya aku datang berjumpa engkau ya Rasulullah." Panjang lebar gadis itu bercerita sambil airmatanya tidak henti-henti mengalir dipipi. Rasulullah kemudian meletakkan tongkatnya ke tapak tangan gadis tersebut lalu menadah tangan, berdoa memohon petunjuk dari Allah. Jika sekiranya mimpi gadis tersebut adalah benar maka disembuhkanlah agar menjadi iktibar kepada beliau dan semua umat islam. Lalu berkat kebesaranNya tangan gadis tersebut sembuh. Rasulullah lantas berkata, "Wahai anakku, pulanglah. Banyakkan bersedekah dan berzikir dan pahalanya kau berikan kepada ibumu.Mudah- mudahan segala dosanya terampun. INSYALLAH"

Kenal lah Hati Yang Berpenyakit

Pertama, Ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmunya tidak berguna baginya dan tidak menjadikannya lebih dekat kepada Allah swt. Al-Quran menyebutkan orang yang betul-betul takut kepada Allah itu sebagai orang-orang memiliki ilmu: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang yang berilmu. (QS. Fathir: 28). Jika ada orang yang berilmu tapi tidak takut kepada Allah, bererti dia memiliki ilmu yang tidak bermanfaat. Kedua, Mempunyai hati yang tidak khusyuk. Dalam menjalankan ibadah, ia tidak dapat mengkhusyukkan hatinya sehingga tidak dapat menikmati ibadahnya. Ibadah menjadi sebuah kegiatan rutin yang tidak mempengaruhi perilakunya sama sekali. Tanda lahiriah dari orang yang hatinya tidak khusyuk adalah matanya sukar menangis. Nabi saw menyebutnya sebagai jumûdul ‘ain (mata yang beku dan tidak bisa mencair). Di antara sahabat-sahabat Nabi, terdapat sekelompok orang yang disebut al-bakkâauun (orang-orang yang selalu menangis) karena setiap kali Nabi berkhutbah, mereka tidak dapat menahan tangisannya. Dalam sebuah riwayat, para sahabat bercerita: Suatu hari, Nabi Saw menyampaikan nasihat kepada kami. Bergoncanglah hati kami dan berlinanglah air mata kami. Kami lalu meminta, “Ya Rasulallah, seakan-akan ini khutbahmu yang terakhir, berilah kami tambahan wasiat.” Kemudian Nabi saw bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku, kalian akan menyaksikan pertengkaran di antara kaum muslimin yang banyak …” Dalam riwayat lain, Nabi saw bersabda: “Hal pertama yang akan dicabut dari umat ini adalah tangisan kekhusyukan.” Ketiga, Memiliki nafsu yang tidak pernah kenyang. Angan-angan yang tak pernah habis, keinginan yang terus menerus, serta keserakahan yang tak pernah puas.

CAWAN

Kisah ini merupakan satu teladan kepada kita semua tentang kenapa selama ini kita sering ditimpa dugaan yang adakalanya sukar untuk kita tanggung dan terlalu menyakitkan. Sepasang datuk dan nenek pergi belanja di sebuah kedai cenderamata untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada cawan yang cantik. "Lihat cawan itu," kata si nenek kepada suaminya. "Kau betul, inilah cangkir tercantik yang pe nah aku lihat," ujar si datuk. Pada ketika mereka mendekati cawan itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara, "Terima kasih untuk perhatian anda, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cawan yang dikagumi, aku hanyalah selonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pening. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Tetapi orang itu berkata, 'Belum !' Lalu ia mulai menyodok dan meninju aku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam api. Panas! Panas ! Teriakku dengan kuat. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi.Tapi orang ini berkata, 'Belum !' Akhirnya ia mengangkat aku dari api itu dan membiarkan aku sampai sejuk. Aku fikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah sejuk aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata, ' Belum !' Lalu ia memberikan aku kepada seorang lelaki dan ia memasukkan aku sekali lagi ke api yang lebih panas dari sebelumnya ! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya.Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan sejuk. Setelah benar-benar sejuk seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku.Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, kerana di hadapanku berdiri sebuah cawan yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku." Datuk dan nenek itu terdiam membisu. Lalu diceritakan kisah itu kepada cucunya. Pengajaran: Seperti inilah kehidupan membentuk kita. Dalam perjalanan hidup akan banyak kita temui keadaan yang tidak menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara untuk mengubah kita supaya menjadi 'cantik'. Jangan lupa bahawa cobaan yang kita alami tidak akan melebihi kekuatan kita. Ertinya tidak ada alasan untuk tergoda dan jatuh dalam dosa apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, kerana Tuhan sedang membentuk anda. Bentukanbentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk anda untuk kehidupan yang lebih baik dan bermakna di hari kemudian dan hari pembalasan(akhirat). WAllahu a'lam assalamualaikum wrt... kisah ini sangat menarik utk diceritakan, terutamanya ketika dalam tazkirah2 ringkas. perumpamaan yg baik dan dapat diterima akal akan lebih diingati dan dimanfaatkan oleh para pendengar.wAllahua'lam... Seorang guru sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam.Si guru berkata, "Saya punya permainan...Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka berserulah "Pemadam!"Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Si guru bergantigantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja muridmurid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Si guru tersenyum kepada murid-muridnya."Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya."" Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuhmusuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.""Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend,materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain.""Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada muridmuridnya. "Paham cikgu...""Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan. "Cikgu ada Qur'an, cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah tanpa memijak karpet?"Murid-muridnya berpikir . Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat, dan lainlain. Akhirnya si Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet."Muridmurid, begitulah ummat Islam dan musuhmusuhnya... Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak anda dengan terangterang... Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sedar.""Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat."" Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan...""Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan anda.""Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita.."Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya mereka"Sesungguhnya dahulu mereka terangterang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi.. apa lagi yg tercengang2 tu?? ayuh kita kejutkan umat Islam lain yg masih tertidur!!!